Harga Minyak & The Fed Bikin Wall Street Terpuruk
Mood di Wall Street masih suram, Kamis (2/5/2019), setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve mengumumkan kebijakan moneternya sehari sebelumnya. Anjloknya harga minyak menambah sentimen negatif yang menghantui pasar saham.
Dow Jones Industrial Average turun 0,46%, S&P 500 terkoreksi 0,21%, sementara Nasdaq Composite melemah 0,16% di akhir perdagangan.
Indeks energi turun paling dalam di antara sektor-sektor S&P 500 lainnya dan mencatatkan pelemahan hingga 1,71%. Harga saham Exxon Mobil turun 1,75% sementara Chevron melemah 1,21%.
Di saat yang sama, harga minyak AS anjlok lebih dari 2% akibat kekhawatiran adanya kelebihan pasokan, dilansir dari Reuters.
Genscape, lembaga riset energi di AS, memperkirakan bahwa inventori minyak di Negeri Adidaya pada pekan yang berakhir 30 April naik 1,95 juta barel.
Selain itu, sejumlah negara Eropa Timur seperti Belarusia dan Polandia sudah kembali menerima kiriman minyak dari jalur Druzhba milik Rusia. Sebelumnya, pasokan dari pipa ini sempat terhenti karena terjadi kontaminasi tetapi sekarang masalah tersebut sudah teratasi.
Selain itu, pasar tampaknya masih mencerna pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell, Rabu kemarin. Pernyataan Powell bahwa rendahnya inflasi tahun ini bisa jadi hanyalah faktor yang sifatnya sementara memupuskan harapan sebagian investor bahwa bank sentral AS akan menurunkan suku bunganya tahun ini.
Target inflasi The Fed adalah 2% sementara inflasi inti AS tercatat hanya 1,6% di kuartal pertama.
“Kami memperkirakan faktor-faktor yang sifatnya sementara sedang mengambil peran,” kata Powell dalam konferensi pers setelah pengumuman suku bunga acuan, Rabu. Ia juga menambahkan bahwa inflasi akan kembali ke kisaran target The Fed dan akan tetap simetris dengan sasaran tersebut.
“Jika kami kemarin benar-benar melihat bahwa inflasi tetap rendah, itu adalah sesuatu yang akan diperhatikan oleh komite dan sesuatu yang kami pertimbangkan dalam menentukan kebijakan,” ujarnya.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Crain’s New York Business
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]