Khawatir Pasokan Meningkat, Harga Minyak Terkoreksi
Harga minyak mentah di pasar global masih terkoreksi pada perdagangan Selasa (30/4/2019) pagi. Kekhawatiran peningkatan produksi di Amerika Serikat (AS) dan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memberi tekanan pada pergerakan harga minyak.
Akan tetapi pelaku pasar juga yakin bahwa pasokan global masih cukup ketat, membuat koreksi harga tidak terlalu dalam.
Pada pukul 09:00 WIB, harga minyak Brent kontrak pengiriman Juni turun 0,42% ke posisi US$ 71,74/barel, setelah melemah 0,15% sehari sebelumnya. Adapun harga minyak light sweet (WTI) terkoreksi 0,2% ke level US$ 63,37/barel, setelah mampu menguat 0,32% kemarin (29/4/2019).
Sejak awal tahun, harga Brent dan WTI sudah naik masing-masing sebesar 33,35% dan 39,55%.
Harga minyak runtuh setelah Presiden AS, Donald Trump terindikasi telah mendesak OPEC untuk meningkatkan produksi.
“Saya sudah berbicara dengan OPEC. Saya katakan, Anda harus turunkan. Anda harus turunkan [harga minyak] !” ujar Trump, mengutip Reuters, Jumat (26/4/2019).
Desakan Trump tersebut menyusul berakhirnya keringanan sanksi AS atas Iran yang rencananya akan berlaku mulai bulan Mei.
Dengan berakhirnya keringanan sanksi, maka seluruh negara mitra AS tidak bisa lagi membeli minyak dari Iran. Karena bila masih tetap membeli, maka AS sudah mengancam akan memberikan sanksi.
Diketahui bahwa Iran merupakan produsen minyak terbesar keempat di antara anggota OPEC lainnya. Sebelum adanya sanksi, ekspor minyak Iran bisa mencapai 2,5 juta barel/hari.
Pun setelah sanksi diberlakukan, ekspor minyak Iran juga masih tinggi. Berdasarkan data Refinitiv, ekspor minyak Iran pada bulan April hampir mencapai 1 juta barel/hari.
Bila pasokan sebesar itu hilang dari pasar, maka pasar pastinya akan semakin ketat. Apalagi jumlahnya hampir menandingi kebijakan pemangkasan produksi yang dilakukan OPEC+ (OPEC dan sekutunya).
Awal Desember 2018 silam, OPEC+ sepakat untuk mengurangi produksi minyak hingga 1,2 juta barel/hari. Sejauh ini kebijakan tersebut terbukti mampu mengangka harga minyak cukup signifikan.
Bulan Juni mendatang, OPEC+ dijadwalkan menggelar pertemuan kembali untuk membahas kelanjutan kebijakan tersebut.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Kompas.com
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]