RDG BI Digelar, Ekonom Prediksi Suku Bunga Acuan Dipertahankan
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah memperkirakan Bank Indonesia atau BI mempertahankan suku bunga pada bulan ini. Menurut dia, masih ada risiko bagi BI untuk menurunkan suku bunga, walaupun bank sentral Amerika Serikat atau The Fed dan bank-bank sentral global masih dalam trend dovish.
“Penurunan suku bunga acuan BI akan mempersempit interest rate differential dan bisa menyebabkan tertahannya arus modal asing yang masuk,” kata Piter saat dihubungi, Rabu malam, 23 April 2019.
Bahkan, menurut Piter, kebijakan BI itu akan memicu arus balik atau sudden reversal yang bisa menyebabkan melemahnya nilai tukar rupiah. “BI saya kira akan mempertahankan suku bunga dengan tetap berusaha melonggarkan likuiditas memanfaatkan bauran kebijakan yang lain.”
Kebijakan yang lain itu, kata Piter, seperti melonggarkan operasi moneter, atau bahkan meninjau Giro Wajib Minimum.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta juga memprediksi BI mempertahankan suku bunga acuan di 6 persen bulan ini. “Beberapa negara lain juga mempertahankan tingkat suku bunga pada level yang sama,” katanya.
Nafan lantas mencontohkan negara-negara yang mempertahankan suku bunga seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Uni Eropa, dan Australia.
Sebagai catatan, mulai hari ini 24 hingga 25 April 2019, Bank Indonesia menggelar Rapat Dewan Gubernur. Hasil RDG itu, akan diumumkan pada hari ini pukul 14.00.
Sebelumnya, RDG Bank Indonesia pada 20 hingga 21 Maret 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) atau suku bunga acuan sebesar 6 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo meyakini bahwa tingkat suku bunga kebijakan tersebut konsisten dengan upaya memperkuat stabilitas eksternal, khususnya untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan pada batas yang aman.
“Hal itu juga untuk mempertahankan daya tarik aset domestik. BI juga terus menempuh operasi moneter untuk meningkatkan ketersediaan likuiditas dalam mendorong pembiayaan perbankan,” kata Perry, Kamis, 21 Maret 2019.
Sumber : tempo.co
Gambar : jawapos.com
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]