Interpol Turun Tangan Selidiki Rentetan Serangan Bom di Sri Lanka
Organisasi Polisi Kriminal Internasional atau Interpol mengirimkan tim penyelidik ke Sri Lanka untuk membantu pemerintah setempat dalam penyelidikan rentetan serangan bom yang menewaskan 290 orang di negara itu. Tim yang dikirim termasuk para ahli dalam identifikasi korban.
Otoritas Keamanan Sri Lanka menyatakan pihaknya meyakini kelompok ekstremis Islam lokal bernama National Thowheeth Jama’ath (NTJ) sebagai dalang serangan mematikan itu. Otoritas itu akan menyelidiki apakah kelompok NTJ mendapat dukungan dari jaringan teroris internasional.
Interpol menyatakan pihaknya mengerahkan Tim Tanggap Insiden (IRT) atas permintaan otoritas Sri Lanka, termasuk spesialis dengan keahlian dalam pemeriksaan tempat kejadian perkara (TKP), bahan peledak, kontra-terorisme, dan identifikasi korban.
“Jika diperlukan, ahli tambahan dalam forensik digital, biometrik, serta analisis foto dan video juga akan ditambahkan ke tim di lapangan,” kata pihak organisasi itu, seperti dilaporkan AFP, Selasa (23/4/2019).
Sekretaris Jenderal Interpol Juergen Stock mengatakan, organisasi yang dia pimpin akan terus memberikan dukungan apa pun yang diperlukan pemerintah Sri Lanka.
“Informasi untuk membantu mengidentifikasi orang-orang yang terkait dengan serangan-serangan ini dapat datang dari mana saja di dunia, yang mana jaringan global dan basis data Interpol dapat terbukti vital, terutama bagi para petugas di lapangan,” ujar Stock.
Korban tewas dari serangan pada hari Minggu Paskah itu meningkat secara dramatis pada Senin menjadi 290 orang, termasuk setidaknya 35 warga asing. Tragedi rentetan bom itu tercatat sebagai serangan terburuk di negara itu selama lebih dari satu dekade.
Setidaknya delapan bom mengguncang tiga gereja, empat hotel mewah, dan sebuah rumah di Kolombo dan sekitarnya. Selain 290 orang tewas, lebih dari 500 orang lainnya terluka.
Belum ada pihak atau kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas tragedi pemboman tersebut. Namun, ada kejanggalan dalam insiden mengerikan ini.
Kejanggalan itu adalah adanya pengabaian otoritas keamanan untuk bertindak meski 10 hari sebelumnya intelijen Sri Lanka sudah mengirim surat peringatan soal kemungkinan adanya serangan teroris.
Sumber : inews.id
Gambar : NDTV.com
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]