Masalah Brexit Makin Kompleks, Poundsterling tak Bisa Rileks
Mata uang Inggris poundsterling tertahan di dekat level terendah dua tiga pekan pada awal perdagangan hari ini, Senin (8/4/2019).
Pekan lalu pound mengalami pelemahan dua hari beruntun yang membuyarkan peluang mencatat penguatan dalam sepekan. Sementara pada pukul 7:06 WIB hari ini, pound ditransaksikan di kisaran US$ 1,3036, naik tipis dibandingkan dengan penutupan Jumat (5//4/19) di level US$ 1,3032, mengutip kuotasi MetaTrader 5.
Brexit yang sudah di depan mata membuat poundsterling tidak bisa rileks dan cenderung masih akan tertekan. Memang Pemerintah Inggris berencana untuk mengajukan penundaan sekali lagi, namun semakin hari masalah yang dihadapi semakin kompleks.
Perdana Menteri Inggris, Theresa May, akan mengadakan pertemuan dengan Uni Eropa pada tanggal 10 April, atau dua hari sebelum deadline Brexit untuk, meminta penundaan. Namun kini Kabinet yang dipimpin PM May bergolak.
Melansir The Guardian, beberapa anggota Kabinet meminta PM May untuk tidak meminta penundaan Brexit terlalu lama karena dikhawatirkan akan menimbulkan “kecemasan yang luar biasa”. Selain itu, mereka juga melihat tidak ada hasil yang pasti dari negosiasi PM May dengan pimpinan oposisi Jeremy Corbyn.
PM May kin menghadapi resign massal dari Kabinet yang dipimpinnya akibat pergolakan tersebut. Sebelumnya Partai Konservatif yang PM May adalah ketuanya juga menunjukkan tanda-tanda perpecahan suara. Di sisi lain, Partai Buruh selaku oposisi mengatakan baru mempelajari proposal yang diberikan Brexit terbaru, sementara waktu yang dimiliki PM May tinggal dua hari lagi sebelum berangkat ke Brussels untuk meminta penundaan.
Kompleksnya masalah di internal Inggris, serta tanpa rilis data ekonomi penting hari ini membuat poundsterling nyaris tanpa peluang untuk bangkit. Apalagi dolar sedang mendapat momentum penguatan pasca-rilis data tenaga kerja AS Jumat lalu. Kecuali ada kabar bagus dari perkembangan politik di Inggris, dolar terlihat masih akan mendominasi pound.
Departemen Tenaga Kerja AS pada hari Jumat melaporkan data non-farm payroll, yang memberikan gambaran sepanjang bulan Maret perekonomian AS mampu menyerap tenaga kerja 198.000 tenaga kerja, meningkat signifikan dari bulan Februari sebanyak 33.000 tenaga kerja.
Meski data lain menunjukkan rata-rata gaji per jam hanya naik 0,1% di bulan Maret, di bawah kenaikan bulan sebelumnya 0,4%, dan tingkat pengangguran dilaporkan tetap sebanyak 3,8%, namun sepaket data tenaga kerja ini cukup menunjukkan perekonomian AS masih kuat, dan untuk sementara menghilangkan kecemasan akan kemungkinan terjadi resesi.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : CNBC Indonesia
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]