Gagal Bayar Asuransi Jiwasraya Seret Reputasi Bank
Penundaan pembayaran klaim produk Saving Plan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) menimbulkan kekecewaan dibenak para nasabahnya. Hal ini juga berdampak pada reputasi bank selaku agen penjual produk tersebut.
Direktur PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Budi Satria mengaku penundaan pembayaran dana pokok dan hasil investasi nasabah atas pembelian produk Jiwasraya turut mempengaruhi kepercayaan nasabah perseroan. Apalagi, hingga kini seluruh produk-produk nonbank, termasuk asuransi, belum dijamin oleh lembaga penjaminan.
“Apalagi dana (Saving Plan Jiwasraya) yang tertunda masih cukup besar, BTN sebagai pihak yang melakukan kerja sama tentu juga mengalami kendala khususnya dari sisi reputasi bank,” ujar Budi kepada CNNIndonesia.com, kemarin.
Saat ini, menurut dia, produk Jiwasraya tersebut sudah tidak dijual lagi. Namun, dampak dari kejadian ini, diakui Budi, membuat nasabah menahan diri untuk membeli produk bancassurance.
Budi menambahkan sebagian besar nasabah BTN pemegang produk Saving Plan Jiwasraya memutuskan untuk memperpanjang polis (roll over) jatuh temponya. Ini menyusul tawaran Jiwasraya kepada nasabah untuk melakukan roll over dengan bunga dibayar di muka sebesar 7 persen. Sementara, nasabah yang tak bersedia roll over akan diberikan bunga pengembangan 5,75 persen sesuai janji kepada bank mitra dalam surat tertanggal 10 Oktober 2018.
“Kami terus memberikan edukasi dan penjelasan lebih kepada nasabah tentang karakteristik produk di samping risiko-risiko yang ada dalam berinvestasi,” tukas Budi.
Managing Director Head of Wealth Management Standard Chartered Bank Bambang Simarno mengaku penundaan pembayaran klaim produk asuransi Jiwasraya tentu berpengaruh pada bisnis bancassurance perusahaan. Kendati demikian, pengaruhnya dinilai tak signifikan. Hal ini, menurut dia, terlihat dari bisnis bancassurance yang pada tahun lalu tumbuh sebesar 15 persen.
“Sebagai salah satu bank distributor SuperJiwasrayaPlan, kami terus berkoordinasi dengan manajemen Jiwasraya dan terus membantu klien kami,” jelasnya.
Bambang menekankan dalam penyelesaian permasalahan Jiwasraya, pihaknya akan tetap memprioritaskan para nasabahnya. Salah satunya, aktif berkomunikasi dengan para nasabah pemegang produk tersebut.
Sejauh ini, menurut dia, nasabah masih menaruh harapan kepada pemerintah maupun manajemen Jiwasraya atas penyelesaian persoalan tekanan likudiitas Jiwasraya.
Saat ini, ia menyebut porsi produk bancassurance mencapai separuh dari total dana kelolaan wealth management bank tersebut. Selain produk bancassurance, produk yang diminati nasabah adalah produk investasi reksa dana.
Sementara Direktur Konsumer BRI Handayani tak menjawab pertanyaan CNNIndonesia.com terkait produk saving plan Jiwasraya. Namun, ia menyebut pertumbuhan produk bancassurance bank BUMN tersebut hingga kini terbilang sangat baik.
“Bisnis bancassurance BRI mengalami pertumbuhan positif dari 2018 sampai dengan 2019. Hal ini dilihat dari peningkatan fee based income sebesar 12,6 persen pada kuartal pertama 2019 dibanding periode yang sama di 2018,” jelas Handayani kepada CNNIndonesia.com.
Selain dari sisi pendapatan, ia juga menyebut jumlah nasabah BRI yang membeli produk asuransi juga meningkat sebanyak 43,51 persen pada kuartal pertama tahun ini. Pihaknya bahkan tengah menyiapkan peluncuran produk asuransi baru pada kuartal kedua tahun ini.
Sebagai informasi, Jiwasraya menjual produk bancassurance lewat 7 bank mitra. Namun, pada Oktober 2018 lalu, perseroan meminta penundaan pembayaran klaim polis jatuh tempo sebesar Rp802 miliar akibat tekanan likuiditas.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Ekonomi Kompas
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]