Sinyal OPEC Dongkrak Harga Minyak pada Awal Pekan
Harga minyak mentah dunia mendekati level tertingginya dalam empat bulan terakhir pada perdagangan Senin (18/3), waktu Amerika Serikat (AS). Penguatan ditopang oleh prospek perpanjangan kebijakan pemangkasan produksi Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan prospek penurunan stok minyak mentah AS.
Dilansir dari Reuters, Selasa (19/3), harga minyak mentah berjangka Brent menguat US$0,38 atau 0,6 persen menjadi US$67,54 per barel. Posisi harga tersebut mendekati level tertinggi dalam empat bulan terakhir yang tercapai pada perdagangan Kamis (14/3) lalu.
Harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) juga menguat sebesar US$0,57 atau 1 persen menjadi US$59,09 per barel. Saat sesi perdagangan berlangsung, harga WTI sempat menyentuh level tertingginya dalam empat bulan terakhir US$59,23 per barel.
“Kami akan biarkan level harga tertinggi baru terbuka untuk Brent, khususnya ketika OPEC+ menegaskan kembali komitmen mereka untuk memangkas produksi melalui sesi para menteri pada akhir pekan lalu,” ujar pimpinan Ritterbusch & Associates Jim Ritterbusch dalam catatannya.
OPEC dan sekutunya yang dikenal dengan sebutan OPEC+ bertemu di Azerbaijan akhir pekan ini untuk mengawasi pelaksanaan kesepakatan pemangkasan produksi minyak mentah. OPEC+ menyatakan implementasi dari kebijakan tersebut akan melampaui komitmen awal dalam beberapa bulan ke depan.
Kelompok karter tersebut juga membatalkan jadwal pertemuan pada April 2019 mendatang. Artinya, perwakilan negara-negara anggota baru akan bertemu kembali pada Juni 2019.
Pada Minggu (17/3) lalu, Arab Saudi memberikan sinyal terhadap kemungkinan perpanjangan kebijakan pemangkasan produksi hingga paruh kedua tahun ini. Kebijakan pemangkasan produksi sebesar 1,2 juta barel per hari (bph) itu sedianya akan berakhir pada Juni 2019.
Secara umum, Arab Saudi telah memangkas produksinya lebih cepat dibandingkan beberapa negara lain.
Sementara itu, Rusia yang merupakan negara non OPEC terbesar dalam kesepakatan pemangkasan kurang berminat untuk melanjutkan pemangkasan produksi.
“Selama level persediaan masih menanjak dan kita (pasar minyak) jauh dari level normal, kami akan tetap melanjutkan kesepakatan, mengarahkan pasar menuju keseimbangan,” ujar Menteri Perminyakan Arab Saudi Khalid al-Falih.
Data resmi pemerintah Arab Saudi mencatat ekspor dari negara produsen minyak OPEC terbesar itu turun dari 7,7 juta bph pada Desember 2018 menjadi 7,7 juta bph pada Januari 2019.
Pelaku pasar juga menyatakan menurunnya stok hub penyimpanan AS di Cushing, Oklahoma juga turut menopang harga minyak mentah berjangka.
Mengutip data Genscape, trader menyatakan stok minyak di Cushing, titik pengiriman WTI, merosot 1,8 juta barel pada pekan yang berakhir Jumat lalu.
Secara keseluruhan, survei Reuters memperkirakan persediaan minyak mentah AS pekan lalu bakal turun. Jika terbukti maka penurunan tersebut terjadi selama dua pekan berturut-turut.
Pemerintah AS memperkirakan produksi minyak AS dari 7 sumber minyak shale utama diperkirakan bakal bertambah 85 ribu bph menjadi 8,6 juta bph pada April 2019 mendatang. Kenaikan akan menjadi kenaikan bulanan terkecil sejak Mei 2018.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Poskota News
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]