Stok Minyak AS Merosot, Harga Minyak Naik Lagi 2 Persen
Harga minyak mentah dunia menguat sekitar 2 persen pada perdagangan Rabu (13/3), waktu Amerika Serikat (AS), ditopang oleh menurunnya stok minyak AS yang di luar dugaan. Selain itu, harga minyak juga terdorong oleh koreksi proyeksi pertumbuhan produksi minyak AS.
Dilansir dari Reuters, Kamis (13/3), harga minyak mentah berjangka Brent menguat US$0,88 atau 1,32 persen menjadi US$67,55 per barel.
Kenaikan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar 2,44 persen atau US$1,39 menjadi US$58,26 per barel. Kedua harga acuan berada di posisi tertinggi sejak pertengahan November 2018.
Badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA) menyatakan stok minyak mentah Negeri Paman Sam pekan lalu merosot. Hal itu terjadi seiring meningkatkan produksi kilang.
Persediaan minyak mentah turun 3,9 juta barel pada pekan lalu. Sebagai pembanding, analis memperkirakan stok minyak mentah bakal membengkak 2,7 juta barel.
Analis Price Futures Group Phil Flynn menilai operasional kilang yang telah selesai dari periode perawatan sangat mendorong harga.
“Dengan kilang yang secara perlahan mulai selesai dari periode perawatan, dampak dari pemangkasan produksi oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan kondisi pasokan Venezuela mulai terasa. Kontrak berjangka sekarang terlihat lebih banyak lagi penarikan di beberapa minggu ke depan,” ujar Flynn di Chicago.
Selain itu, data EIA juga menunjukkan produksi minyak mentah AS merosot dari rekor tertinggi dengan penurunan sebesar 100 ribu barel per hari (bph) menjadi 12 juta bph pada pekan lalu.
Pada Selasa (12/3) kemarin, EIA memangkas proyeksinya atas produksi minyak mentah AS pada 2019. EIA juga merevisi proyeksi pertumbuhan produksi minyak AS pada 2020.
“Kendati revisinya kecil, bagian yang menenangkan dari dorongan harga adalah arah revisi yang ke bawah bukan ke atas,” ujar Ahli Strategi Minyak Global BNP Paribas di London dalam Reuters Global Oil Forum.
Sementara itu, ekspor minyak mentah Venezuela yang tertahan membantu mengetatkan pasar. Terhambatnya ekspor negara anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) ini akibat gangguan listrik serta pengenaan sanksi AS.
Ekspor minyak mentah dari terminal utama Venezuela telah terbengkalai akibat gangguan listrik terburuk dalam sejarah Venezuela. Padamnya listrik telah terjadi selama sepekan.
Berdasarkan dua sumber dari Refinitiv Eikon data, terminal telah kembali beroperasi pada Rabu (13/3) kemarin tetapi pengiriman belum dimulai. Listrik telah kembali mengalir di sejumlah daerah Venezuela dalam beberapa hari terakhir.
“Saya berekpektasi untuk melihat harga WTI menembus US$60 per barel pada beberapa pekan ke depan seiring persediaan minyak mentah AS terdampak oleh kurangnya impor dari Venezuela,” ujar Pimpinan Lipow Oil Associates Andrew Lipow di Houston.
Harga minyak juga mendapatkan dorongan dari kebijakan pemangkasan produksi oleh OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia.
Pada awal pekan ini, Arab Saudi memberikan sinyal bakal memangkas ekspor pada April 2019. Sehari sebelumnya, Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih menyatakan kebijakan pemangkasan pasokan kemungkinan akan berjalan setidaknya hingga Juni 2019.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : PORTONEWS
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]