PBB Ingatkan Pasukan Keamanan untuk Tak Remehkan Anggota ISIS Perempuan

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan pasukan keamanannya untuk tidak meremehkan anggota ISIS perempuan hanya karena stereotipe mereka. Sebuah laporan mengatakan bahwa negara-negara yang memilih untuk meninggalkan perempuan di zona konflik dapat memperburuk ancaman yang berkaitan dengan ISIS di masa depan dan secara umum mengancam stabilitas kawasan serta pemulihan jangka panjangnya.

Direktorat Eksekutif Komite Anti-Terorisme mengatakan situasi itu juga membebani kapasitas yudisial lokal dan fasilitas penahanan, meningkatkan risiko pelanggaran HAM dan menabur benih potensi radikalisasi lebih lanjut.

Kasus terbaru adalah dicabutnya kewarganegaraan Shamima Begum oleh pemerintah Inggris. Dewan Keamanan PBB meminta adanya pengawasan yang ketat terhadap para jihadis perempuan yang tersisa di Irak dan Suriah.

Seruan dan laporan PBB tersebut keluar setelah Inggris mengaku tidak mengetahui berapa jumlah warga perempuannya yang meninggalkan negara untuk bergabung dengan ISIS. Tidak sedikit juga dari para perempuan tersebut yang tengah hamil, atau menikah dengan sesama pejuang ISIS dan melahirkan anak di zona konflik, termasuk Shamima Begum.

Ditanya tentang rencana untuk bayi Shamima Begum, Menteri Dalam Negeri Inggris Sajid Javid menunjukkan kebingungan.

“Seperti yang saya sebutkan, 900 orang telah keluar, kami tidak memiliki penjabaran antara pria dan wanita, tetapi jumlah yang signifikan adalah pejuang asing perempuan,” kata Sajid, dilansir dari laman The Independent, Jumat (1/3).

“Beberapa dari mereka mungkin telah membawa anak-anak, dan banyak dari mereka akan memiliki anak di Suriah dan bekerja dengan Daesh (ISIS),” lanjutnya.

Beberapa wanita asal Inggris yang terkenal setelah bergabung dengan ISIS antara lain Aqsa Mahmood dan Bethnal Green.

Laporan PBB mengatakan hanya sebagian kecil dari sekitar 4.700 anggota ISIS perempuan dari negara asing yang telah kembali ke negara asal mereka dibandingkan dengan rekan-rekan pria mereka. Alasannya dapat beragam mulai dari yang sifatnya potensial hingga alasan yang bersifat kultural seperti tidak dapat pergi tanpa wali laki-laki.

“Mengingat rendahnya jumlah perempuan yang kembali, ada kebutuhan mendesak untuk memahami apa yang terjadi pada mereka yang tinggal di sana. Bahkan, jumlah perempuan lokal yang tinggal di wilayah yang diduduki ISIS dan mungkin telah dikaitkan atau mendukung kelompok tersebut dengan berbagai cara, baik secara sukarela atau tidak, dinyatakan lebih sedikit lagi,” lanjut laporan tersebut.

Dewan Keamanan PBB memperingatkan kepada negara-negara untuk meninjau kembali peran para perempuan yang bergabung dengan ISIS dan tidak memberikan perlakuan berbeda kepada anggota ISIS laki-laki. Pasalnya, baik anggota ISIS laki-laki dan perempuan dapat memberikan ancaman yang sama. Selain itu, pandangan bahwa anggota ISIS laki-laki lebih berbahaya dinilai tidak tepat karena tidak semua dari mereka memiliki kemampuan tempur.

Penelitian menunjukkan bahwa perempuan diperlakukan lebih lunak oleh pengadilan berdasarkan asumsi seksis bahwa mereka ditipu atau dipaksa menjadi teroris, yang berarti mereka diberi dukungan deradikalisasi dan pemantauan keamanan yang kurang ketat. Tahun 2017, pengadilan membebaskan perempuan yang didakwa karena menyebarkan propaganda ISIS, alasan pembebasannya adalah karena yang bersangkutan merupakan “ibu yang baik”.

Laporan PBB menyebutkan bahwa stereotipe anggota ISIS perempuan kurang berbahaya mungkin disebabkan oleh asumsi bahwa para perempuan bepergian ke zona konflik untuk romansa dan petualangan. Penelitian menunjukkan adanya kecenderungan dalam memandang motivasi mereka yang bergabung dengan ISIS, kaum pria dipandang memiliki motivasi rasional sedangkan wanita dipandang memiliki motivasi emosional, nyatanya tidak selalu begitu.

 

 

 

 

 

Sumber : Akurat.com
Gambar : Okezone News

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *