Menteri Luar Negeri Iran Umumkan Pengunduran Diri Lewat Instagram
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengumumkan pengunduran dirinya melalui akun Instagram miliknya, Senin (25/2/2019).
Dalam unggahannya, negosiator utama dalam Perjanjian Nuklir 2015 itu menyampaikan permohonan maaf atas keputusannya yang dianggap mendadak.
“Saya minta maaf atas ketidakmampuan saya untuk terus melayani, juga untuk semua kekurangan saya selama menjabat,” kata Zarif melalui sebuah pesan yang diunggah di akun Instagram miliknya yang terverifikasi.
Zarif juga menyampaikan terima kasih kepada rakyat Iran dan para pejabat yang terhormat atas dukungan yang telah diberikan kepadanya selama 67 bulan terakhir.
Pengunduran diri kepala diplomat Iran itu juga telah dikonfirmasi oleh sumber kepada AFP. Kendati demikian, pengunduran diri Zarif baru berlaku setelah mendapat persetujuan dari Presiden Hassan Rouhani.
Sementara kepala staf kepresidenan, dalam sebuah twit, membantah laporan bahwa presiden telah menerima pengunduran diri menteri luar negerinya.
Diberitakan AFP, pengumuman pengunduran diri Zarif itu dilakukan beberapa jam setelah kunjungan mendadak Presiden Suriah Bashar al-Assad ke Teheran.
Namun, menurut kantor berita ISNA, Zarif tidak turut hadir dalam pertemuan Assad dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dan Presiden Hassan Rouhani.
Kepala Parlemen Komisi Keamanan Nasional Berpengaruh dan Kebijakan Luar Negeri Heshmatollah Falahatpisheh mengatakan ini bukan pertama kalinya Zarif menyampaikan pengunduran diri.
“Tapi bahwa dia melakukannya secara terbuka kali ini, itu menunjukkan bahwa dia ingin agar presiden menerima pengunduran dirinya,” katanya.
Falahatpisheh menambahkan, dirinya bersama Zarif sedianya berencana melakukan perjalanan ke Geneva pada Senin (25/2/2019). Namun, agenda itu dibatalkan pada menit terakhir tanpa penjelasan.
“Saya tiba-tiba mendapat pesan teks yang mengatakan bahwa perjalanan itu dibatalkan,” katanya.
Mohammad Javad Zarif, yang berusia 59 tahun, telah menjabat sebagai menteri luar negeri di pemerintahan Presiden Rouhani sejak Agustus 2013.
Dia telah kerap mendapat tekanan dan kritik dari kelompok garis keras yang menentang kebijakan luar negeri yang lunak kepada Barat.
Posisinya semakin terpukul dengan keputusan AS yang menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 pada Mei tahun lalu, yang berdampak pada penurunan perekonomian negara.
Sumber : kompas.com
Gambar : SINDOnews
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]