AS dan Taliban Akan Memulai Dialog Baru di Qatar
Amerika Serikat dan kelompok Taliban dijadwalkan bertemu di Qatar untuk memulai dialog baru pada Senin 25 Februari mendatang. Tujuan dialog adalah mencari solusi untuk mengakhiri konflik berkepanjangan di Afghanistan yang telah berlangsung sejak 17 tahun terakhir.
Serangkaian dialog kedua kubu di Doha bulan lalu sempat memunculkan harapan. Diskusi di Doha berakhir dengan “kerangka perjanjian,” termasuk komitmen Taliban untuk mencegah Afghanistan menjadi tempat yang nyaman bagi tumbuhnya sejumlah grup ekstremis.
“Kerangka perjanjian” di Doha merupakan salah satu pencapaian paling substansial antara AS dengan Taliban, usai Washington mengalahkah kelompok tersebut di Afghanistan pada 2001.
Utusan Khusus AS untuk Rekonsiliasi Afghanistan, Zalmay Khalilzad, akan sekali lagi memimpin pertemuan di Qatar. Ia akan menghadapi tim negosiator yang dipimpin Sher Mohammad Abbas Stanikzai, mantan wakil menteri luar negeri Taliban.
Baik AS maupun Taliban sama-sama tidak menyebutkan detail pertemuan, termasuk berapa lama dialog di Qatar akan berlangsung dan apa fokus pembicaraan.
Sejumlah analis meyakini dalam dialog kali ini, Taliban akan meminta agar beberapa petingginya dicabut dari daftar larangan bepergian yang dikeluarkan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sementara dari kubu AS, Khalilzad diyakini akan kembali meminta Taliban agar pemerintah Afghanistan dilibatkan dalam dialog.
“Saya rasa kedua kubu akan berdialog dengan pikiran terbuka. Dialog juga mungkin akan berlangsung tidak terlalu lama, karena cuaca sudah semakin menghangat dan musim ‘pertempuran’ sudah mendekat,” kata Graeme Smith, seorang konsultan dari International Crisis Group, kepada kantor berita AFP, Minggu 24 Februari 2019.
‘Musim Pertempuran’ yang disebut Smith merujuk pada ‘Ofensif Musim Semi’ yang dilakukan Taliban pada setiap tahunnya. Biasanya ‘Spring Offensive’ ini diumumkan Taliban pada bulan April.
Selama ini Taliban menolak berdialog langsung dengan pemerintah Afghanistan, yang mereka anggap hanya bertindak sebagai ‘boneka’ AS.
“Semua mata kini tertuju kepada Taliban, untuk melihat apakah mereka mampu menyepakati semacam kompromi,” tutur seorang analis, Michael Semple.
“Apakah mereka dapat menyepakati sebuah formula mengenai dialog antar-Afghanistan? lanjut dia.
Sumber : medcom.id
Gambar : Medcom.id
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]