Waspada! BI: Perlambatan Ekonomi Dunia Picu Ketidakpastian
Bank Indonesia (BI) memprediksi kalau pertumbuhan ekonomi global di tahun 2019 akan melandai. Ketidakpastian pasar keuangan global pun diprediksi masih tinggi sebagai dampak dari perlambatan ekonomi tersebut.
BI menyebutkan, ada beberapa faktor yang menjadi pemicu kondisi ini, antara lain penetapan tarif impor Amerika Serikat dan sentimen Brexit. Tak hanya itu aktivitas ekspor dan impor di negara maju, juga terus mengalami penurunan sejalan dengan rendahnya pertumbuhan ekonomi.
Prediksi serupa juga muncul dalam beberapa indikator dari World Trade Organization (WTO) dan IFO World Economic Survey, yang menunjukkan kalau intensitas perdagangan akan terus menurun secara gradual, disertai dengan volume ekspor global yang juga menurun selama enam bulan ke depan.
Tinjauan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Bulan Januari 2019 menjelaskan bahwa, kondisi ini akan berdampak pada harga komoditas global seperti menurunnya harga minyak dunia dan batu bara. Jika benar demikian, tentu akan membawa malapetaka bagi perekonomian Indonesia, pasalnya batubara merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia.
“Harga komoditas ekspor Indonesia yang pada tahun 2018 tumbuh lambat diperkirakan akan berlanjut pada tahun 2019 ini. Kondisi tersebut terutama didorong oleh penurunan harga komoditas batubara dan logam. Penurunan harga batubara disebabkan oleh meningkatnya kapasitas produksi batubara di Tiongkok serta pasokan AS, sementara permintaan global rendah,” demikian isi Tinjauan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Bulan Januari 2019, halaman 9.
Namun di sisi lain, harga komoditas pertanian seperti Crude Palm Oil atau CPO justru diprediksi membaik di tahun 2019 ini. Hal ini dikarenakan tingginya permintaan dan pajak impor CPO di India yang menurun.
Hal serupa juga terjadi pada harga komoditas karet. Harga komoditas karet mulai membaik karena pasokan karet dunia mulai menurun. Apalagi beberapa negara produsen karet seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand berencana mengeluarkan kebijakan untuk mengoptimalkan penggunaan dari produksi karet.
Sedangkan untuk impor minyak, pemerintah Indonesia sedang berusaha memaksimalkan penggunaan B20. Dan jika berhasil, maka impor minyak tentu bisa berkurang.
Pada Jumat (18/1/2019) lalu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan kalau pihaknya akan terus waspada terhadap kondisi perekonomian global dan fluktuasi harga komoditas dunia.
BI juga akan menjaga koordinasi dengan pemerintah dan kementerian – lembaga terkait, serta menggunakan instrumen kebijakan yang ada dengan sebaik mungkin, menurut Perry dapat menjadi kunci agar kondisi perekonomian RI tetap sehat, termasuk tetap rendahnya defisit transaksi berjalan (CAD) dan inflasi, keseimbangan ekspor-impor (neraca perdagangan), menstabilkan nilai tukar Rupiah.
“Koordinasi pemerintah dengan BI tentu harus baik. Kita menempuh langkah bersama bagaimana dapat mendorong ekspor, sekaligus mengurangi impor. Pemerintah kan ada kebijakan misal, DNI, Tax Holiday, kemudian juga sekarang perizinan (investasi) mudah. Selain itu, program B20 kan bisa mendorong ekspor kelapa sawit dan mengurangi impor minyak,” ujar Perry
“Ya, sinergi semacam itu akan terus kita lakukan untuk mengendalikan CAD dan mendorong surplus neraca modal.”
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Bareksa.com
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]