Trump Marah Penawarannya untuk Akhiri “Shutdown” Ditolak Oposisi
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyiratkan kegusarannya ketika proposalnya ditolak kalangan oposisi dari Partai Demokrat.
Trump menawarkan “kompromi” untuk mengakhiri masa penutupan layanan pemerintahan ( shutdown) parsial, sekaligus memenuhi keinginannya membangun tembok perbatasan.
Namun, seperti dilansir BBC pada Minggu (20/1/2019), Demokrat menolak dengan menyebut proposal tersebut tak bertanggung jawab dan menyandera.
Dalam kicauan di Twitter, Trump meluapkan kemarahan dengan menyebut Ketua House of Represetatives Nancy Pelosi dan elite Demokrat lain menolak tanpa dia sempat memberikan penjelasan.
“Mereka tidak melihat kejahatan atau narkoba. Yang mereka lihat adalah 2020, di mana mereka tidak akan menang,” ujar Trump.
Adapun 2020 merupakan masa pemilihan presiden AS. Trump mendesak Demokrat untuk berbuat hal benar sehingga pegawai negeri yang terdampak shutdown bisa kembali bekerja.
Penawaran yang dimaksud Trump adalah perlindungan bagi 700.000 migran anak-anak, dikenal dengan Dreamers, selama tiga tahun. Kemudian 300.000 pengungsi yang mendapat Status Perlindungan Sementara (TPS) juga bakal mendapat perhatian selama tiga tahun.
Trump kemudian mengunggah twit lain. Dia menyinggung kekhawatiran kaum konservatif bahwa penawarannya itu merupakan bentuk amnesti.
Presiden 72 tahun itu menjelaskan, amnesti bukan bagian dari kesepakatannya. Dia menyebut amnesti baru dilakukan untuk momen yang lebih besar.
Trump juga mengatakan, dirinya tak berencana untuk menerapkan kebijakan bagi 11 juta lebih orang yang masuk ke AS secara ilegal.
Meski begitu, dia memperingatkan Pelosi yang dia sebut sudah bertindak secara tak rasional, dan menjadi politisi sayap kiri ekstrem.
Adapun dalam keterangan resmi ketika menolak penawaran Trump, Pelosi menuturkan proposal sang presiden sebelumnya sudah mendapat penolakan.
“Proposal itu sangat tak bertanggung jawab dan sama sekali tidak menunjukkan iktikad baik untuk memulihkan kehidupan masyarakat,” terang Pelosi.
Sementara Pemimpin Minoritas Senat Chuck Schumer berujar, Trump secara sepihak telah merebut perlindungan bagi Dreamers dan pengungsi lain.
Schumer juga mengatakan, aksi yang dilakukan Trump bukanlah kompromi, melainkan tindakan penyanderaan. Mereka bersikeras tak bakal bernegosiasi sebelum shutdown berakhir.
Shutdown terjadi pada 22 Desember setelah permintaan dana Trump sebesar 5,7 miliar dollar AS, sekitar Rp 80 triliun, untuk membangun tembok ditolak Demokrat.
Aksi penutupan layanan pemerintahan itu membuat 800.000 pegawai negeri AS terpaksa dirumahkan atau harus bekerja tanpa dibayar.
Sumber : kompas.com
Gambar : Business Insider
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]