Sambut 2019, Harga Emas Makin Berkilau
Harga emas mampu menguat pada awal perdagangan 2019. Bahkan harga emas menyentuh posisi tertinggi sejak pertengahan Juni.
Harga emas untuk pengiriman Februari naik USD 2,8 atau 0,2 persen ke posisi UD 1.284,10 per ounce. Berdasarkan data FactSet data, harga tersebut tertinggi sejak 14 Juni.
Bursa saham Asia yang tertekan dan gejolak di wall street menjadi pendorong pelaku pasar untuk membeli emas. Pelaku pasar juga mengabaikan penguatan dolar Amerika Serikat (AS).
Sepanjang 2018, harga emas turun dua persen. Pada akhir Desember, harga emas naik 4,6 persen. Sementara itu, harga perak juga ikut menguat. Harga perak naik 0,7 persen ke posisi USD 15.649 per ounce. Sepanjang 2018, harga perak melemah 9,4 persen. Sedangkan selama Desember, harga perak naik 9,4 persen.
“Mengawali 2018 dengan volatilitas. Kami melihat ketidakpastian politik dan ekonomi pada 2018 akan berlanjut pada 2019. Ini dapat dukung harga emas,” ujar Direktur Riset GoldCore, Mark O’Bryne seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (3/1/2019).
Ia menambahkan, harga emas akan positif pada Januari 2019. Kondisi pasar pun akan mendukung pergerakan harga emas pada 2019.
Sementara itu, Senior Analis Kitco, Jim Wyckoff menuturkan, pergerakan harga emas di awal 2019 didorong pembelian sebagai aset sava haven dan wall street masih bergejolak.
“Penutupan harga emas di posisi resistance di level psikologis USD 1.300, ini dapat menarik pelaku pasar,” kata dia.
Selain itu, bursa saham global juga merespons negatif data ekonomi China melemah. Indeks China Caixin manufaktur turun ke posisi 49,7 pada Desember. Ini untuk pertama kali sektor tersebut kontraksi.
Adapun harga logam lainnya antara lain harga tembaga turun 0,3 persen ke posisi USD 2.623 per pound. Harga platinum untuk pengiriman April mendaki 0,4 persen ke posisi USD 804 per ounce. Harga palladium naik 0,1 persen ke posisi USD 1.198,80 per ounce.
Sumber : Liputan6
Gambar : riauone.com
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]