Keyakinan Konsumen AS Turun Tajam, Investor Resah
Pengukuran keyakinan konsumen di Amerika Serikat turun tajam pada Desember, atau terendah dalam lebih dari tiga tahun terakhir.
Hal itu pun menambah kekhawatiran investor mengenai prospek perlambatan ekonomi global telah merembes masuk ke dalam Negeri Paman Sam.
Dewan Konferensi (Conference Board) AS merilis indeks keyakinan konsumen turun sebanyak 8,3 poin menjadi 136,4 pada Desember dari bulan sebelumnya, atau penurunan bulanan terbesar sejak Juli 2015.
Data tersebut pun memperkuat sinyal bahwa konsumen di Negeri Paman Sam semakin khawatir melihat performa ekonomi AS.
Adapun saham AS yang tengah menikmati reli pada Rabu (26/12/2018) langsung melemah tajam setelah data ekonomi dirilis, dengan indeks S&P 500 turun sekitar 1,8% pada awal perdagangan siang.
Harga obligasi Pemerintah AS pun naik, sementara indeks dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang utama dunia lainnya.
Lebih lanjut, harga saham AS telah anjlok pada bulan ini karena investor khawatir pertumbuhan ekonomi AS dapat ikut tertekan akibat perlambatan ekonomi global.
Selain itu, data yang datang dari China mengenai pendapatan korporasi industri yang anjok pada November untuk pertama kalinya dalam 3 tahun terakhir juga turut menambah kekhawatiran investor.
Stephen Stanley, Kepala Ekonom di Amherst Pierpont Securities menilai gejolak di pasar keuangan dapat membawa penurunan lebih dalam lagi untuk keyakinan konsumen. Pasalnya, konsumen bisa menjadi lebih enggan melakukan pengeluaran.
“Akan lebih bijak untuk terus mencermati sejumlah pengukuran mengenai sifat konsumen,” ujarnya, seperti dikutip Reuters, Jumat (28/12/2018).
Di sisi lain, Departemen Ketenagakerjaan AS pada hari yang sama juga merilis data pengangguran yang tetap berada di level terendahnya selama hampir lima dekade terakhir.
Departemen Ketenagakerjaan AS mencatat, klaim pengangguran turun menjadi 216.000 pada pekan yang berakhir pada 22 Desember 2018, sesuai dengan perkiraan dari ekonom yang disurvei Bloomberg atau turun dari 217.000 pada pekan sebelumnya.
Sementara itu, rata-rata empat pekan untuk data pengangguran di AS sebagai pengukuran yang kurang volatil juga turun ke level terendah selama 6 pekan.
Adapun para pekerja di Negeri Paman Sam terpantau tetap mempertahankan pekerjaannya saat ini. Hal itu diperkuat oleh perusahaan yang enggan memecat karyawannya.
Oleh karena tren klaim pengangguran sejajar dengan data ekonomi lainnya, yaitu memperlihatkan kuatnya permintaan terhadap pekerja, hal itu diharapkan dapat menopang pengeluaran konsumen yang menjadi kontributor terbesar dalam ekonomi AS.
Pasalnya, outlook untuk bisnis telah mendapat bayang-bayang dari sentimen perang dagang antara AS dengan China.
Namun demikian, masih belum jelas bagaimana jumlah pengangguran tersebut dapat membantu kesulitan yang dihadapi oleh Pemerintah AS saat ini untuk menjaga laju pertumbuhan.
“[Data pengangguran ini] memberikan sinyal penguatan di pasar pekerja dibandingkan beberapa pekan sebelumnya, tapi melemah jika dibandingkan dengan beberapa bulan sebelumnya,” kata Daniel Silver, ekonom di JPMorgan.
Sumber : bisnis.com
Gambar : Bisnis.com
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]