Google Bangun Kantor Baru Senilai Rp 14 Triliun
Google mengumumkan investasi sebesar 1 miliar dollar AS, atau sekitar Rp 14,4 triliun, untuk membuka kantor baru di kota New York, Amerika Serikat.
Rencananya, area kantor baru berjuluk “Google Hudson Square” ini akan menempati lahan seluas 15,7 hektar, termasuk sejumlah bangunan sewaan di Hudson Street dan Washington Street.
Sebelumnya, Google sendiri sebenarnya sudah memilki kantor lama di New York sejak 18 tahun lalu. Kota ini, menurut Google, merupakan sumber tenaga kerja yang sesuai.
“New York terus menjadi sumber talenta kelas dunia yang beragam. Itulah sebabnya kami datang ke kota ini pada tahun 2000 dan akan terus bertahan di sini,” tulis SVP dan CFO Google serta Alphabet, Ruth Porat, dalam sebuah posting blog awal pekan ini.
Google berencana mulai menempati kantor di daerah Hudson Street ketika pengerjaannya dijadwalkan sudah selesai pada 2020. Kantor Google di Washington Street akan menyusul ditempati pada 2022.
Dengan adanya kantor baru ini, tenaga kerja Google di New York diperkirakan bertambah menjadi sekitar 14.000 orang. Sebelumnya, di kantor lama New York, Google mengaku mempekerjakan lebih dari 7.000 pegawai.
“Investasi kami di New York merupakan bagian dari komitmen untuk tumbuh dan berinvestasi di fasilitas, perkantoran, dan lapangan kerja di AS,” lanjut Porat.
Kantor pertama Google di New York menempati salah satu bangunan terbesar di kota itu. Bangunan yang berlokasi di Eighth Avenue ini dibeli Google senilai 1,77 miliar dollar AS pada 2010.
Seperti dirangkum KompasTekno dari CNBC, Kamis (20/12/2018), Google juga telah membeli Manhattan Chelsea Market, New York, awal tahun ini senilai 2,4 miliar dollar AS.
Langkah Google membangun kantor baru di New York mirip dengan dilakukan oleh beberapa raksasa teknologi lain belakangan ini. Amazon, misalnya, telah lebih dulu mengumumkan bakal membuka kantor di kota yang sama, berikut Washington, dengan estimasi penambahan 25.000 lapangan kerja. Apple juga berencana membangun kantor di kota Austin, Texas.
Perusahaan-perusahaan AS menghadapi tekanan dari Presiden Donald Trump untuk membuka lebih banyak lapangan kerja di negeri sendiri.
Perusahaan yang menutup pabrik di AS atau membuka lapangan pekerjaan di luar negeri kerap mendapat kritik tajam dari sang presiden.
Sumber : KOMPAS.com
Gambar : Liputan6.com
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]