Dibuka Melemah, IHSG Langsung Banting Setir ke Zona Hijau
Pasca dibuka melemah 0,09%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan cepat membalikkan keadaan. Pada pukul 9.25 WIB, IHSG ditransaksikan menguat sebesar 0,66% ke level 6.121,87.
Pergerakan IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,03%, indeks Hang Seng naik 0,29%, indeks Strait Times naik 0,45%, dan indeks Kospi naik 0,69%.
Sejumlah sentimen positif memang mendukung bagi IHSG untuk membukukan penguatan. Pertama, ada kabar yang baik dari Benua Biru terkait dengan kisruh rancangan anggaran pemerintah Italia tahun 2019.
Beberapa waktu yang lalu, Komisi Eropa menolak rencana fiskal pemerintah Italia lantaran target defisit yang menyalahi aturan main. Untuk tahun depan, defisit struktural (perbedaan antara belanja dan penerimaan, tidak termasuk pos-pos one-off) ditargetkan naik sebesar 0,8% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Di bawah aturan Uni Eropa, Italia diwajibkan mengurangi defisit struktural sebesar 0,6% dari PDB.
Perkembangan terbaru, seorang juru bicara pemerintah pada hari Selasa (18/12/2018) mengatakan bahwa Italia telah mencapai kesepakatan dengan Komisi Eropa terkait dengan rancangan anggaran 2019. Ia menjelaskan bahwa kesepakatan itu akan diformalkan hari Rabu waktu setempat di Brussels, dilansir dari Reuters. Namun hingga kini, belum ada detail yang diungkapkan terkait rancangan baru tersebut.
Selain itu, rupiah yang begitu perkasa juga mendongkrak optimisme investor untuk masuk ke bursa saham tanah air. Hingga berita ini diturunkan, rupiah menguat 0,86% di pasar spot ke level Rp 14.370/dolar AS.
Rupiah menguat seiring dengan memudarnya persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan oleh The Federal Reserve pada dini hari nanti. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 18 Desember 2018, probabilitas kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada bulan ini adalah 71,5%, turun dari posisi 1 hari sebelumnya yang sebesar 72,3%. Jika dibandingkan dengan posisi 1 minggu yang lalu sebesar 75,8%, penurunannya menjadi lebih dalam lagi.
Memudarnya persepsi investor terjadi seiring dengan rilis data ekonomi di AS yang mengecewakan. Pada hari Senin (17/12/2018), data New York Fed’s Empire State manufacturing index periode Desember anjlok hingga 12,4 poin menjadi 10,9, lebih rendah dibandingkan konsensus yang sebesar 20,1, seperti dilansir dari Forex Factory. Capaian tersebut menjadi yang terendah dalam 19 bulan atau sejak Mei 2017.
Data tersebut menunjukkan bahwa aktivitas bisnis dari pabrik-pabrik yang terletak di New York masih mencatatkan ekspansi, namun ekspansinya jauh lebih lemah dari yang diharapkan.
Belum lama ini, pembacaan awal untuk data Manufacturing PMI AS versi Markit periode Desember diumumkan sebesar 53,9, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 55,1.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : LumenNews.ID
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]