Paket Kebijakan Ditolak Dunia Usaha, Rupiah Kembali Melemah
Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.604 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot Kamis (22/11) pagi ini. Posisi ini melemah 2 poin atau 0,01 persen dari kemarin Rabu (21/11) sore.
Di kawasan Asia, rupiah melemah tipis bersama dolar Singapura yang minus 0,07 persen dan yen Jepang yang minus 0,02 persen. Sementara ringgit Malaysia stagnan. Sedangkan dolar Hong Kong menguat 0,03 persen, baht Thailand 0,04 persen, peso Filipina 0,17 persen, dan won Korea Selatan 0,18 persen.
Begitu pula dengan beberapa mata uang utama negara maju yang berhasil bersandar di zona hijau, seperti rubel Rusia menguat 0,03 persen, franc Swiss 0,02 persen, dan euro Eropa 0,01 persen. Namun, poundsterling Inggris minus 0,01 persen, dolar Kanada minus 0,02 persen, dan dolar Australia minus 0,05 persen.
Analis CSA Research Institute Reza Priyambada memperkirakan pergerakan rupiah hari ini cenderung melemah karena sentimen global yang diperkirakan membuat indeks dolar AS menguat. Sentimen tersebut datang dari sikap pasar yang mengantisipasi kelanjutan perundingan perang dagang antara AS dengan China.
“Ada antisipasi gagalnya titik temu kesepakatan dagang kedua negara dalam pertemuan G-20 Summit,” ucap Reza, Kamis (22/11).
Selain itu, sentimen dari dalam negeri rupanya juga menambah daya pelemahan mata uang Garuda. Dari dalam negeri, penolakan yang dilakukan pengusaha terhadap Paket Kebijakan Ekonomi ke XVI turut membebani pergerakan rupiah.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia sebelumnya mengaku tak diajak pemerintah berdiskusi mengenai perubahan beberapa aturan yang masuk ke dalam paket kebijakan ekonomi. “Selain itu, penundaan proyek nasional LRT juga ditanggapi negatif,” katanya.
Terbitnya Paket Kebijakan Ekonomi XVI yang mendadak dan penundaan proyek LRT dianggap sebagai kekhawatiran terhadap defisit transaksi berjalan yang tak kunjung membaik. Meski, selama ini pemerintah dan Bank Indonesia (BI) mengklaim defisit transaksi berjalan masih di tingkat yang aman, yaitu mencapai 3,37 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal III 2018.
Sumber : Cnnindonesia.com
Gambar : Tempo.co
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]