Rupiah Terperosok Respons Defisit Transaksi Berjalan
Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.755 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot pagi ini, Senin (12/11). Posisi ini melemah 77 oin atau 0,53 persen dari akhir pekan lalu, Jumat (9/11) di Rp14.678 per dolar AS.
Bersama rupiah, mayoritas mata uang di kawasan Asia turut melemah dari dolar AS. Won Korea Selatan melemah 0,23 persen, peso Filipina minus 0,21 persen, dan yen Jepang minus 0,1 persen.
Kemudian, ringgit Malaysia melemah 0,1 persen, baht Thailand minus 0,1 persen, dolar Singapura minus 0,03 persen, dan dolar Hong Kong minus 0,01 persen.
Begitu pula dengan mata uang utama negara maju, mayoritas bersandar di zona merah. Poundsterling Inggris melemah 0,27 persen, euro Eropa minus 0,1 persen, franc Swiss minus 0,04 persen, dan dolar Australia minus 0,01 persen.
Hanya dolar Kanada dan rubel Rusia yang berada di zona hijau, masing-masing menguat 0,14 persen dan 0,95 persen dari mata uang Negeri Paman Sam.
Analis CSA Research Institute Reza Priyambada memperkirakan pergerakan rupiah akan sulit pada awal pekan ini karena masih terkena imbas dari sentimen akhir pekan lalu. Pertama, sinyal agresif (hawkish) bank sentral AS, The Federal Reserve terhadap kenaikan tingkat bunga acuan pada Desember mendatang.
Kedua, meningkatnya defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) Indonesia pada kuartal III 2018 menjadi US$8,8 miliar atau 3,37 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pada kuartal sebelumnya, defisit transaksi berjalan sebesar US$8 miliar atau 3 persen dari PDB.
“Imbas hasil pertemuan The Fed terkait arah kebijakannya dibarengi dengan rilis defisit neraca transaksi berjalan yang meningkat diperkirakan masih akan menahan pergerakan rupiah,” ucapnya, Senin (12/11).
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Elshinta.com
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]