Dolar Diterpa Sentimen Hasil Pemilu, Rupiah Paling Perkasa
Nilai tukar rupiah terus menguat tajam sekaligus menunjukkan keperkasaannya di antara mata uang di Asia pada perdagangan hari kedua berturut-turut, Rabu (7/11/2018).
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat tajam 214 poin atau 1,45% di level Rp14.590 per dolar AS, level penutupan terkuatnya dalam sekitar 2,5 bulan.
Mata uang Garuda mulai melanjutkan penguatannya saat dibuka terapresiasi 21 poin atau 0,14% di level Rp14.783 pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di level Rp14.590 – Rp14.805 per dolar AS.
Adapun pada perdagangan Selasa (6/11), rupiah rebound dan berakhir menguat tajam 1,16% atau 173 poin di Rp14.804 per dolar AS. Hanya dalam dua hari, rupiah telah membukukan apresiasi terhadap dolar AS sebesar 2,61% atau 387 poin dari depresiasi terakhirnya di level Rp14.977 pada Senin (5/11).
Sejalan dengan rupiah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil membukukan reli hari ketujuh berturut-turut pada akhir perdagangan hari ini, ditopang aksi beli oleh investor asing yang kian mengalir.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, investor asing membukukan aksi beli bersih atau net buy senilai sekitar Rp738,04 miliar pada perdagangan hari ini, aksi beli bersih hari kesepuluh beruntun.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan penguatan rupiah menunjukkan bahwa kepercayaan investor terhadap kondisi ekonomi Indonesia meningkat.
“Indonesia itu saya bilang fundamentalnya kuat dibandingkan negara-negara yang suka disebut, yang bermasalah, ya bukan bandingannya. Tinggal bagaimana kita mengkomunikasikan hal itu, bahwa kondisi fundamental RI kuat,” ujar Wimboh.
Kendati demikian, ia menekankan penguatan rupiah kali ini tidak boleh membuat pemerintah terlena melainkan harus terus memperkuat instrumen finansial. Dalam hal ini, Bank Indonesia (BI) telah menyediakan sejumlah instrumen keuangan seperti hedging dan swap.
Penguatan tajam rupiah juga membawanya kembali menjadi yang terkuat di antara seluruh mata uang Asia. Apresiasinya hari ini diikuti baht Thailand dan yen Jepang yang masing-masing menguat 0,41% dan 0,34% pada pukul 17.45 WIB.
Sementara itu, indeks dolar AS yang melacak kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau melemah 0,553 poin atau 0,57% ke level 95,764 pada pukul 17.35 WIB.
Indeks dolar sebelumnya dibuka di zona merah dengan turun 0,357 poin atau 0,37% di level 95,960 pagi tadi, setelah pada perdagangan Selasa (6/11) berakhir naik tipis 0,038 poin atau 0,04% di posisi 96,317.
Dilansir Bloomberg, rupiah memimpin penguatan di antara seluruh mata uang di Asia setelah Partai Demokrat berhasil mengambil alih kendali di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam pemilu paruh waktu di AS, yang sekaligus membebani pergerakan dolar AS dan imbal hasil obligasi AS.
Di sisi lain, Partai Republik, seperti yang telah diperkirakan, mempertahankan mayoritas kursinya di Senat. Terbaginya kendali ini dipandang akan memperlemah dukungan bagi agenda pemerintahan Presiden Donald Trump ke depannya, meskipun diperkirakan tidak akan banyak memengaruhi kebijakan perdagangannya.
“Pasar negara berkembang (emerging market) akan mendapatkan keuntungan dari pelemahan dolar AS setelah pemilu paruh waktu, tetapi kelegaan ini hanya bersifat sementara saat kuatnya ekonomi AS akan mendukung greenback,” kata Hannah Anderson, pakar strategi pasar global di JPMorgan Asset Management di Hong Kong.
Menurutnya, hasil akhir pemilu paruh waktu ini tidak akan berdampak pada kebijakan perdagangan Trump, yang akan terus membebani pasar negara berkembang.
Dolar AS diperkirakan akan mendapatkan dukungan lebih lanjut dari pertemuan kebijakan moneter bank sentral AS Federal Reserve yang akan digelar pada 7-8 November. The Fed diperkirakan akan menegaskan kembali niatnya mengenai kenaikan lebih lanjut untuk Fed Funds Rate.
Sumber : Bisnis.com
Gambar : Kompas Ekonomi
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]