Keperkasaan Dolar AS Mulai Memudar
Kurs dolar AS sedikit melemah terhadap euro dan yen pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), tetapi tetap mendekati level tertinggi baru-baru ini, karena investor mengevaluasi dampak kemunduran obligasi pemerintah global yang meningkatkan imbal hasil obligasi AS ke tertinggi tujuh tahun.
Data ekonomi yang kuat dan pidato hawkish oleh pejabat Federal Reserve, termasuk Ketua Jerome Powell, mencemaskan para investor dan menyebabkan imbal hasil obligasi AS dan pasangan mata uang euro/dolar untuk menembus level teknis penting.
“Pasar masih mencoba untuk mencari tahu apa yang mendorong hal tersebut,” kata kepala strategi valas Amerika Utara TD Securities di Toronto, Mark McCormick seperti dilansir Antara, Jakarta, Jumat (5/10/2018).
“Sekarang ini apakah istirahat teknis itu berkelanjutan.” Dolar telah berkinerja baik karena pertumbuhan AS yang kuat, sementara data ekonomi di negara besar lainnya, termasuk zona euro, telah datang di bawah ekspektasi.
Investor mengamati tanda-tanda peningkatan inflasi AS karena perusahaan-perusahaan termasuk Amazon, menaikkan upah minimum, dan setelah data pekerjaan bulan lalu menunjukkan bahwa upah mencatat kenaikan tahunan terbesar mereka dalam lebih dari sembilan tahun pada Agustus.
Data pekerjaan AS pada Jumat waktu setempat untuk September akan memberikan indikasi baru pertumbuhan upah dan kekuatan pasar tenaga kerja.
Powell berbicara tentang perekonomian AS sehari setelah menyambut “prospek yang sangat positif,” mengatakan bahwa Amerika Serikat berada di ambang era langka secara historis dengan tingkat pengangguran rendah dan harga-harga yang jinak.
Yen melemah menjadi 114,54 yen terhadap dolar pada Kamis (4/10/2018) pagi, terendah dalam 11 bulan, sebelum terkoreksi ke 113,79 yen.
Mata uang Jepang dibantu oleh laporan Reuters bahwa bank sentral Jepang, Bank of Japan (BoJ), akan mentolerir kenaikan lebih lanjut dalam imbal hasil super-panjang asalkan kenaikannya tidak mendorong imbal hasil obligasi 10 tahun jauh di atas targetnya nol persen.
Greenback menghadapi resistensi teknis yang kuat terhadap yen antara 114,32 dan 114,73, analis teknis Citigroup menulis dalam sebuah laporan pada Kamis (4/10), yang dapat membuat investor berhati-hati tentang kenaikan dolar lebih lanjut.
Euro juga pulih dari posisi terendah enam minggu terhadap dolar, setelah menembus dukungan teknis di sekitar USD1,15 pada Rabu (3/10/2018).
Mata uang tunggal telah dirugikan oleh ketidakpastian seputar utang Italia, rencana fiskal dan hubungan masa depan dengan Eropa, yang telah membuat pasar bingung dan memperparah ketegangan dengan para pemimpin zona euro lainnya.
Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,1513 dolar dari 1,1517 dolar pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,3023 dolar dari 1,2975 dolar pada sesi sebelumnya. Dolar Australia turun menjadi 0,7074 dolar dari 0,7120 dolar.
Dolar dibeli 113,86 yen Jepang, lebih rendah dari 114,33 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar naik menjadi 0,9915 franc Swiss dari 0,9898 franc Swiss, dan naik menjadi 1,2923 dolar Kanada dari 1,2841 dolar Kanada.
Sumber : okezone.com
Gambar : Detik Finance
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]