Ekonom Sebut Kenaikan Harga BBM Ampuh Redam Pelemahan Rupiah
Ekonom menilai pelemahan nilai tukar rupiah belakangan ini perlu ditanggapi serius oleh pemerintah. Sebab, Ekonom Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri menuturkan pelemahan bisa berbahaya jika dibiarkan terus menerus.
Pembiaran yang semakin lama, bisa membuat rupiah kian terpuruk. Padahal, per Kamis (4/10) ini rupiah sudah anjlok ke level Rp15.179 per dolar AS, jauh dari asumsi APBN 2018 yang dipatok Rp13.400 per dolar. Keterpurukan rupiah akan makin menggerus keyakinan pasar terhadap ekonomi dalam negeri.
Yose mengatakan ada satu titik penting yang bisa dilakukan pemerintah untuk memperbaiki pelemahan rupiah, yakni tekan impor minyak dan gas. Impor minyak dan gas belakangan ini tumbuh terlalu kencang.
Data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor minyak dan gas Januari-Agustus 2018 ini mencapai US$19,76 miliar meningkat 28,31 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Impor terjadi di tengah kenaikan harga minyak dunia. Dalam APBN 2018 pemerintah mematok asumsi harga minyak tahun ini hanya US$48 per barel. Tapi, saat ini harga minyak sudah berada di atas level US$80 per barel, melonjak jauh dibanding asumsi pemerintah.
Di sisi lain, nilai tukar rupiah juga merosot tajam. Pemerintah, dalam APBN 2018, berasumsi nilai tukar rupiah hanya Rp13.400 per dolar Amerika Serikat (AS). Tapi, di tengah kondisi tersebut, pemerintah tetap membiarkan harga BBM rendah.
Kebijakan harga BBM yang tak berubah tersebut membuat konsumsi BBM dalam negeri tinggi. Akibatnya, impor minyak tetap membengkak dan defisit neraca transaksi berjalan sulit diatasi.
Yose mengatakan pemerintah perlu memikirkan masalah tersebut dengan menaikkan harga BBM. Ia menghitung jika harga BBM dinaikkan Rp1.200-1.500 per liter, defisit neraca dagang migas bisa berkurang hingga US$1 miliar. “Itu akan besar dampaknya ke penurunan konsumsi dan defisit neraca dagang migas,” katanya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (4/10).
Kalau pemerintah khawatir kenaikan tersebut akan menimbulkan goncangan pada masyarakat, mereka bisa memilih menaikkan harga BBM secara bertahap. Yang penting, katanya, pemerintah sudah mengirimkan pesan ke pasar bahwa mereka sudah tahu masalah sebenarnya yang menghantui ekonomi dalam negeri dan serius mengatasinya.
Pesan tersebut dinilai penting untuk memulihkan optimisme pasar terhadap ekonomi dalam negeri dan membendung pelemahan rupiah. Saran agar Presiden Jokowi menaikkan harga BBM demi mengatasi defisit neraca transaksi berjalan dan pelemahan rupiah sebenarnya sudah disampaikan oleh mantan Menteri Perdagangan era Presiden SBY Mari Elka Pangestu.
Mari mengatakan kenaikan harga yang ia sebut sebagai penyesuaian subsidi BBM ampuh dalam menurunkan defisit transaksi berjalan. Penyesuaian subsidi akan berdampak signifikan dalam mengurangi impor minyak mentah yang memberi kontribusi besar pada total impor Indonesia.
Keampuhan tercermin pada kebijakan penyesuaian subsidi BBM yang dilakukan Pemerintahan SBY saat ekonomi dalam negeri mengalami guncangan pada 2008 dan 2013 lalu.
Sumber : Cnnindonesia.com
Gambar : SuratKabar.id
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]