Trump Janjikan Resolusi Adil Bagi Israel-Palestina
Presiden Amerika Serikat Donald Trump berjanji menyajikan rencana perdamaian “yang sangat adil” bagi Palestina dan Israel dalam beberapa bulan ke depan. Pernyataan itu diutarakan Trump saat bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di sela sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Kamis (27/9).
“Saya bisa katakan (bisa memberi solusi) dalam dua sampai tiga atau empat bulan ke depan,” tuturnya. Dihadapan Netanyahu, Trump mengatakan membawa perdamaian bagi Israel-Palestina adalah “impiannya.” Ia juga menyebut bahwa konflik yang telah berlangsung sejak puluhan tahun itu tak dapat diselesaikan oleh beberapa pendahulunya.
“Saya yakin sesuatu akan terjadi. Ini adalah mimpi saya untuk bisa menyelesaikan (konflik) sebelum periode pertama saya selesai,” kata Trump. Dalam kesempatan itu, Trump untuk pertama kalinya juga mengatakan secara eksplisit bahwa dia mendukung solusi dua negara dalam penyelesaian konflik Israel-Palestina. Solusi dua negara memungkinkan Palestina dan Israel berdiri sebagai dua negara dengan wilayah masing-masing yang berdaulat. Selama ini, resolusi itu dianggap menjadi yang paling relevan dan turut didukung komunitas internasional.
“Itu (solusi dua negara) yang saya pikir cara terbaik untuk menyelesaikan konflik. Itu sesuai perasaan saya,” ujar Trump. Trump menyinggung pekerjaan menantu sekaligus penasihat khususnya, Jared Kushner, yang telah lebih dari satu tahun mengerjakan prospek perdamaian di Timur Tengah. Meski begitu, belum ada tanda-tanda adanya kemajuan dari apa yang dikerjakan Kushner selama ini.
“Jared, yang sangat terlibat dalam persoalan ini, dia mencintai Israel, tetapi dia juga akan bersikap sangat adil dengan Palestina,” kata presiden AS ke-45 itu. “Saya pikir solusi dua negara itu mungkin, jika hanya ada (solusi) satu negara atau dua negara, saya akan mendukung selama mereka (Palestina-Israel) senang. Saya bahagia jika kedua negara senang. Saya pikir dua negara memungkinkan.”
Sejak Trump memutuskan mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, prospek perdamaian di Timur Tengah semakin runyam. Palestina memilih memutus kontak dengan AS lantaran dianggap secara terang-terangan bersikap bias dengan mendukung Israel. Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki sama sekali tak terkesan dengan janji Trump tersebut. Dia menganggap Trump bersikap manis hanya karena dia sedang berhadapan dengan Netanyahu.
Maliki mengatakan jika Trump benar-benar mendukung solusi dua negara, AS harus bisa menjamin pengembalian wilayah Palestina sebelum dicaplok Israel dalam Perang Enam Hari 1967 lalu, termasuk wilayah Yerusalem timur. “Pernyataan penting yang Presiden Trump katakan ini hanya untuk meyakinkan siapa pun bahwa dia berkomitmen nyata untuk perdamaian di kawasan kami,” kata Maliki kepada wartawan seperti dikutip AFP. “Palestina telah bertemu dengan perwakilan AS lebih dari 40 kali dan kami menganggap mereka memilih untuk berperang dengan Palestina dan menimbulkan kerusakan paling besar.”
Sumber Berita : cnnindonesia.com
Sumber foto : Mata Mata Politik
[social_warfare buttons = “Facebook, Pinterest, LinkedIn, Twitter, Total”]