Trump Desak OPEC Kerek Produksi, Harga Minyak Merosot
Harga minyak dunia melemah pada perdagangan Kamis (20/9), waktu Amerika Serikat (AS), dipicu sentimen bahwa Presiden AS Donald Trump mendesak Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk mengerek produksi pada pertemuan di Aljazair bulan ini. Dilansir dari Reuters, Jumat (21/9), harga minyak mentah berjangka Brent merosot US$0,78 menjadi US$78,7 per barel.
Penurunan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$0,32 menjadi US$70,8 per barel setelah sebelumnya naik hampir dua persen pada perdagangan Rabu (19/9). Harga acuan global diperdagangkan sedikit di bawah US$80 per barel, mendekati level tertinggi selama hampir empat tahun, karena ekspektasi turunnya pasokan global akibat pengenaan sanksi AS terhadap Iran.
Sebagai catatan, Iran merupakan produsen minyak terbesar ke tiga di OPEC. “Kita (pasar) terjebak di satu rentang (harga),” ujar Managing Member Tyche Capital Tariq Zahir di New York. Di satu sisi, harga mendapatkan dorongan dari pengenaan sanksi AS terhadap pasokan Iran. Di sisi lain, harga mendapatkan tekanan dari potensi pelemahan permintaan dari China.
Sanksi AS merupakan respon terhadap program nuklir Iran. Sanksi tersebut akan berlaku efektif untuk sektor perminyakan Iran pada November 2018. Namun, banyak pembeli memangkas pembelian minyak dari Iran sebelum sanksi berlaku. Hingga kini, masih belum jelas apakah produsen minyak Arab Saudi, Irak, dan Rusia dapat mengkompensasi berkurangnya pasokan minyak dari Iran.
Pada Minggu (23/9) mendatang, OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia, bakal bertemu di Aljazair untuk membahas porsi kenaikan produksi masing-masing negara untuk mengimbangi berkurangnya pasokan dari Iran. Namun, pertemuan tersebut kemungkinan tidak akan menyepakati kenaikan produksi minyak mentah secara resmi. meski mendapatkan tekanan untuk mencegah lonjakan harga.
Sementara itu, Trump terus mendesak OPEC untuk meningkatkan produksinya. “Kami (AS) melindungi negara di Timur Tengah, mereka tidak akan aman untuk jangka waktu lama tanpa kami, namun mereka terus mendorong harga minyak lebih tinggi!Kami akan ingat. Monopoli OPEC harus menurunkan harga sekarang!” ujar Trump melalui akun Twitter resminya pada Kamis (20/9) waktu setempat.
Menurut Zahir, cuitan Trump membuat harga sedikit tergelincir di pasar. Zahir memprediksi cuitan sejenis dari Trump kemungkinan masih akan berlanjut seiring semakin dekatnya waktu pemilihan umum di tengah masa jabatan (mid-term election). “Hal terakhir yang ia inginkan terjadi adalah harga minyak dan bahan bakar jenis solar menyentuh level tertinggi saat masyarakat pergi ke lokasi pemungutan suara,” ujar Zahir.
Pemilu yang digelar pada 6 November 2018 mendatang akan menentukan apakah Partai Republik AS akan memegang kendali di Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat AS. Kendati demikian, banyak pelaku pasar dan analis yang memperkirakan harga Brent bakal menembus US$80 per barel dalam waktu dekat.
“Kemungkinan (harga Brent) akan menembus (US$80 per barel) dalam waktu sangat dekat,” ujar Kepala Analis Komoditas SEB Markets Bjarne Schieldrop. Analis BNP Paribas Harry Tchilinguirian dalam Reuters Global Oil Forum menyatakan level US$80 per barel merupakan level psikologis. “Seiring makin banyaknya bukti ekspor Iran bakal turun tajam, pasar minyak semakin berani untuk diuji dan menerobos level ini (US$80 per barel),” ujar Tchilinguirian.
Sumber Berita : cnnindonesia.com
Sumber foto : newsandpr.com
[social_warfare buttons = “Facebook, Pinterest, LinkedIn, Twitter, Total”]