Perang Dagang Makin Panas, Harga Minyak Amblas
Harga minyak jenis brent kontrak pengiriman November 2018 turun 0,45% ke level US$77,70/barel, sementara harga minyak light sweet kontrak Oktober 2018 melemah 0,35% ke US$68,67/barel, pada hari ini Selasa (18/9/2018) hingga jam 08.56 WIB. Harga minyak hari ini masih melanjutkan tren negatif pada perdagangan kemarin. Pada penutupan perdagangan hari Senin (17/8/2019), harga minyak light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) terkoreksi 0,12%.
Sementara brent yang menjadi acuan di Eropa turun tipis 0,05% di periode yang sama. Sentimen negatif bagi harga minyak masih datang dari pengumuman bea masuk terbaru dari Presiden AS Donald Trump kepada sejumlah produk made in China. Meski demikian, pelemahan harga sang emas hitam juga masih terbatas oleh sanksi AS terhadap Iran yang mulai memberikan dampak negatif bagi Negeri Persia. Trump akan mengenakan bea masuk baru senilai 10% terhadap berbagai produk China senilai US$ 200 miliar (Rp 2.978 triliun) mulai 24 September 2018.
Bea masuk tersebut kemudian akan naik menjadi 25% pada akhir tahun ini. Langkah sang presiden yang diumumkan hari Senin (17/9/2018) malam waktu setempat atau Selasa dini hari waktu Indonesia semakin memanaskan ketegangan di antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu. China telah berulang kali menegaskan akan membalas segala tindakan pengenaan bea masuk baru oleh AS. Parahnya lagi, Trump mengatakan bahwa “jika China membalas dengan menargetkan petani dan industri kami lainnya, kami akan segera masuk fase ketiga dengan tarif impor terhadap impor dari China lainnya senilai US$267 miliar.”
Kini, kesepakatan untuk mengakhiri perang dagang antar kedua negara akan kian sulit untuk dicapai. Seperti yang diketahui sebelumnya, pihak AS pada minggu lalu telah mengirimkan surat kepada pihak China untuk melakukan negosiasi dagang. Mengingat AS dan China adalah dua perekonomian terbesar di planet bumi, friksi di antara keduanya tentu akan mempengaruhi seluruh negara. Arus perdagangan global akan seret dan pertumbuhan ekonomi melambat.
Perlambatan arus perdagangan dan pertumbuhan ekonomi sama dengan penurunan permintaan energi. Potensi penurunan permintaan ini diterjemahkan dengan koreksi harga minyak. Beruntungnya, masih ada sentimen positif yang mampu menopang harga minyak pada pagi ini. Sentimen itu datang dari sanksi AS terhadap Iran. Sanksi ini akan menyasar ekspor minyak mentah dari Teheran pada 4 November 2018 mendatang. Konsultan energi FGE menyatakan bahwa sebagian besar pelanggan minyak mentah Iran seperti India, Jepang, dan Korea Selatan sudah memangkas pembelian minyak mentah Negeri Persia.
Per akhir Agustus, Organisasi Negara-Negara Eksportir Minyak (OPEC) mencatat ekspor dari Iran adalah 7,59 juta barel/hari. Turun dibandingkan sebulan sebelumnya yaitu 9,54 juta barel/hari. Kemudian, Merrill Lynch, analis dari Bank of America juga mengatakan bahwa ekspor minyak mentah Iran telah turun sebesar 580.000 barel/hari dalam 3 bulan terakhir, seperti dilansir dari Reuters. Semakin seretnya pasokan minyak dari Teheran lantas masih mampu menopang harga minyak hari ini.
Sumber Berita : cncbindonesia.com
Sumber foto : Financeroll
[social_warfare buttons = “Facebook, Pinterest, LinkedIn, Twitter, Total”]