AS, Inggris, Dukung Penyelidikan Serangan Saudi di Yaman
Amerika Serikat dan Inggris mendukung penyelidikan terhadap serangan udara yang dilakukan koalisi Saudi ke Yaman. Pernyataan dukungan keduanya ini dinyatakan secara terpisah. Serangan ini dilakukan bulan lalu dan menewaskan hingga 40 anak. “Kami mendukung kegesitan penyelidikan atas insiden 9 Agustus lalu di sebuah pasar di bagian utara Yaman, dan pernyataan koalisi yang mengakui kesalahan dan mendorong rekomendasi terhadap penyelidikan,” ucap Kantor Perwakilan Asing Inggris melalui pernyataan, Senin (3/9).
“Kami juga sedang meninjau kesimpulan penyelidikan tersebut.”Selain itu, Inggris juga mendesak koalisi menyelidiki serangan-serangan lainnya selama ini ke Yaman. “Inggris memiliki keprihatinan serius atas hilangnya nyawa secara tragis di Yanam selama sebulan terakhir. London menyebut kekerasan di Yaman telah menewaskan 400 warga dalam dua minggu pertama Agustus ini.
Senada dengan Inggris, AS melalui kementerian luar negerinya juga menganggap penyelidikan koalisi terhadap serangan 9 Agustus lalu merupakan “langkah penting pertama menuju transparansi penuh dan akuntabilitas.” “Kami mendorong publikasi hasil penyelidikan koalisi sesegera mungkin,” katanya. Washington juga mendesak koalisi mengklarifikasi “insiden pada 2 Agustus lalu”, di mana bom menerjang kota pelabuhan Hodeida hingga menewaskan 55 orang.
Koalisi militer pimpinan Arab Saudi yang memerangi pemberontak Houthi di Yaman mengakui telah membuat kesalahan dalam serangan udara mematikan pada 9 Agustus lalu di sebuah pasar di Provinsi Saada. Insiden itu menewaskan 51 orang termasuk anak-anak. Dalam serangan itu, koalisi mengklaim menargetkan sebuah bus yang berisikan pemberontak Houthi.
Insiden itu memicu gelombang kecaman dunia internasional dan kelompok pemerhati hak asasi manusia terhadap koalis Saudi. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga menyerukan penyelidikan yang “transparan dan kredibel” terhadap serangan tersebut. Pekan lalu, PBB merilis laporan investigasi mengenai konflik sipil di Yaman yang telah berkecamuk sejak 2015 lalu itu.
Dalam laporan itu, penyelidik PBB menyimpulkan bahwa semua pihak yang terlibat dalam konflik berdarah di Yaman telah melakukan “serangkaian pelanggaran substansial atas hukum kemanusiaan internasional.” Laporan itu menyebutkan banyak dari pelanggaran yang dilakukan pihak-pihak berkonflik dapat menjadi “kehajatan perang”, seperti salah satunya penahanan sewenang-wenang, pemerkosaan, hingga penyiksaan.Selain itu, penyidik PBB juga mengatakan serangan udara koalisi selama ini yang kerap menyasar pemukiman, pasar, pemakanan, hingga fasilitas medis telah menewaskan ‘sebagian besar korban sipil.”
“Ada keprihatinan serius tentang proses menargetkan serangan yang dilakukan dan diterapkan koalisi Saudi selama ini karena menunjukkan tidak adanya target militer jelas dalam banyak kasus selama ini.” Berdasarkan data PBB, perang sipil di Yaman telah menewaskan setidaknya 10.000 orang hingga membuat konglik tersebut menjadi krisis kemanusiaan terburuk saat ini.
Sumber Berita : cnnindonesia.com
Sumber foto : ArrahmahNews
[social_warfare buttons = “Facebook, Pinterest, LinkedIn, Twitter, Total”]