Kenaikan Stok AS Tekan Harga Minyak
Harga minyak dunia merosot pada perdagangan Rabu (1/8), waktu Amerika Serikat (AS). Penurunan terjadi akibat kejutan dari melonjaknya stok minyak mentah AS yang memicu sentimen terhadap kelebihan pasokan global.
Selain itu, pelaku pasar juga masih khawatir tensi perdagangan global bisa menghantam permintaan energi.
Dilansir dari Reuters, Kamis (2/8), harga minyak mentah berjangka Brent turun US$1,82 atau 2,5 persen menjadi US$72,39 per barel.
Penurunan juga terjadi pada harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$1,1 atau 1,1 persen menjadi US$67,66 per barel.
Badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA) mencatat persediaan minyak mentah AS terkerek 3,8 juta barel pekan lalu seiring kenaikan impor. Padahal, sebelumnya, survey Analis Reuters memperkirakan bakal terjadi penurunan stok minyak mentah sebesar 2,8 juta barel.
Namun, tekanan terhadap harga minyak sempat sedikit mereda mengingat terdapat indikasi pertumbuhan permintaan minyak di Negeri Paman Sam.
“Kenaikan persediaan minyak mentah ini mengejutkan tetapi hal itu sedikit diimbangi oleh penggunaan bensin dan penurunan stok di Cushing yang lebih besar dari perkiraan,” ujar Managing Member Tyche Capital Advisors Tariq Zahir.
Persediaan minyak mentah merosot 2,5 juta barel. Sementera, stok minyak mentah di hub pengiriman minyak mentah AS di Cushing, Oklahoma turun sebesar 1,3 juta barel.
Selasa (31/8) lalu, EIA melaporkan bahwa produksi minyak mentah AS turun 30 ribu barel per hari (bph) menjadi 10,44 juta bph pada Mei 2018.
Harga minyak juga mendapatkan tekanan dari kekhawatiran terhadap tensi perdagangan yang dapat menahan pertumbuhan ekonomi global.
China menyatakan akan membalas jika AS mengambil langkah lebih jauh untuk menghambat perdagangan mengingat pemerintah AS mempertimbangkan pengenaan tarif sebesar 25 persen untuk impor barang senilai US$200 miliar dari China.
Bulan lalu, harga Brent turun lebih dari 6 persen dan harga WTI tertekan sekitar 7 persen. Penurunan tersebut merupakan penurunan bulanan terbesar untuk kedua harga acuan sejak Juli 2016.
Kemarin, Menteri Energi Rusia Alexander Novak memberikan sinyal bahwa produksi minyak mentah Rusia pekan lalu secara rata-rata di atas level yang dijanjikan Rusia pada pertemuan dengan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Juni lalu. Sebagai catatan, pada Juni lalu, OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia, memutuskan untuk merelaksasi kebijakan pemangkasan produksi yang telah berjalan sejak 2017.
Novak menyatakan produksi yang lebih tinggi diperlukan untuk menjaga stabilitas pasar.
Bulan lalu, Novak telah menyatakan bahwa kenaikan produksi minyak Rusia mungkin dapat melampaui 200 ribu barel per hari (bph) jika diperlukan.
Di Kuwait, seorang pegawai pemerintah menyatakan besaran kenaikan produksi minyak mentah negaranya pada Juli 2018 mencapai 100 ribu bph dari rata-rata produksi Juni 2018.
Senin lalu, survey Reuters menunjukkan produksi minyak OPEC di bulan Juli merupakan level tertinggi untuk tahun ini.
“Harga Brent terus mendapatkan tekanan dari kenaikan ekspor minyak mentah Arab Saudi dan Rusia yang telah mendorong kelebihan pasokan sementara yang membutuhkan perlambatan pertumbuhan pasokan bulan ini, khususnya dari Arab Saudi,” ujar Pimpinan Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch dalam catatannya.
Sumber Berita : CNN
Sumber foto : SINDOnews
[social_warfare buttons = “Facebook, Pinterest, LinkedIn, Twitter, Total”]