Harga Minyak ‘Tersungkur’ Potensi Pasokan Global Pekan Lalu
Harga minyak mentah dunia tersungkur sepanjang pekan lalu. Pelemahan masih disebabkan oleh sentimen terhadap potensi kenaikan pasokan global.
Dilansir dari Reuters, Senin (23/7), harga minyak mentah Brent pada Jumat (20/7) ditutup di level US$73,07 per barel atau merosot 3,1 persen secara mingguan.
Penurunan juga terjadi pada harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) West Texas Intemerdiate (WTI) untuk pengiriman Agustus sebesar hampir satu persen menjadi US$70,46 per barel.
Pada Jumat lalu, harga minyak dunia secara harian menguat. Hal itu dipicu oleh pelemahan dolar AS dan potensi ekspor minyak mentah Arab Saudi pada Agustus yang di bawah perkiraan.
Kurs dolar AS terperosok ke level terendah dalam empat hari terakhir. Pemicunya, pemberitaan soal kekhawatiran Presiden AS Donald Trump terhadap bank sentral AS The Federal Reserve bakal mengerek suku bunga acuannya dua kali tahun ini.
“Kurs dolar AS sebelumnya hanya bergerak ke satu arah pada beberapa pekan terakhir dan arah yang berbalik memberikan kita (pasar minyak mentah) dorongan yang kuat,” ujar Analis Price Futures Group Phil Flynn.
Selain itu, harga minyak dunia juga mendapatkan topangan dari pernyataan Arab Saudi, produsen minyak terbesar Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Mereka menyatakan rencana membatasi ekspor minyak mentah bulan depan.
Kendati demikian, pasar tetap diwarnai oleh kekhawatiran terhadap memanasnya tensi perdagangan antara AS dan China yang berisiko menurunkan permintaan serta kenaikan pasokan global.
Pelaku pasar menilai memanasnya tensi perdagangan antara AS dan China membatasi kenaikan harga minyak dunia. Sebelumnya, dalam wawancara dengan stasiun TV AS NBC, Trump menyatakan siap mengenakan tarif pada US$500 miliar impor produk dari China.
Beberapa analis memperkirakan pasar minyak mentah akan terbebani oleh menurunnya permintaan minyak dari AS dan China akibat perlambatan ekonomi yang dipicu oleh sengketa dagang antar kedua negara.
“Efek terhadap pertumbuhan ekonomi dari pengenaan tarif sebesar ini akan parah dan kemungkinan bakal memberikan efek negatif yang besar terhadap pasar (minyak),” ujar Chief Inventment Officer Aegon Asset Management Olaf van den Heuvel.
Menurut Analis Tyche Capital Tariq Zahir sinyak Rusia dan Arab Saudi bakal mengerek produksinya serta kenaikan stok minyak mentah AS yang di luar perkiraan pada dua pekan lalu juga menekan harga minyak mentah.
“Anda melihat pasokan kembali ke pasar. Jadi, tidak mengejutkan melihat sedikit pelemahan (harga),” ujar Zahir.
Di AS, berdasarkan data Baker Hughes, pengebor minyak memangkas lima rig minyak, terbanyak sejak Maret. Pertumbuhan jumlah rig melambat selama bulan lalu akibat penurunan harga minyak mentah.
Berdasarkan data Komisi Perdagangan Berjangka Komiditi AS (CFTC), sepanjang pekan yang berakhir 17 Juli 2018, manajer keuangan dan investasi memangkas posisi kontrak berjangka dan opsi pada proyeksi harga akan naik (bullish) untuk pertama kalinya sejak sebulan terakhir.
Selama periode yang sama, para spekulan memangkas jumlah kontrak berjangka dan opsi di New York dan London sebesar 34.067 kontrak menjadi 423.650 kontrak.
Sumber berita : CNN
Sumber Foto : foundersib.com
[social_warfare buttons = “Facebook, Pinterest, LinkedIn, Twitter, Total”]