Rangkaian Bom di Mindanao, 1 Polisi Tewas dan 8 Tentara Luka

Serangkaian ledakan yang mengguncang Cotabato City dan sekitarnya, Filipina, Minggu (22/12) malam, melukai sedikitnya 17 orang termasuk tentara. Laporan lainnya menyebutkan bahwa seorang polisi tewas akibat ledakan.

Dikutip dari AFP, sebuah granat tangan dilemparkan ke sebuah truk militer yang berpatroli di Kota Cotabato di Pulau Mindanao Selatan. Sebanyak delapan orang tentara dan empat warga sipil menderita luka-luka akibat pecahan bom bom itu.

Tak lama, insiden ini diikuti oleh ledakan yang berasal dari alat peledak improvisasi (IED) di kota Libungan, yang tak jauh dari lokasi pertama. Juru bicara militer lokal Mayor Arvin Encinas mengatakan lima warga sipil terluka, dengan satu oranya di antaranya mengalami kondisi “serius”.

Ledakan lain kemudian terjadi di kota Maguindanao. Pihak kepolisian pun masih mengumpulkan informasi soal kemungkinan keberadaan korban.

CNNPhillipines.com melaporkan bahwa ledakan di Magpet, Cotabato Utara, itu menewaskan seorang polisi, Christopher Anadon, dan melukai delapan orang lainnya.

Korban, yang merupakan anggota pasukan mobil polisi provinsi, tengah berpatroli bersama rekannya di wilayah Brgy. Poblacion saat bom meledak yang kemudian diikuti tembakan. Anadon dinyatakan meninggal pada saat tiba di Kidapawan Medical Spesialists.

Polisi, yang meyakini para pelaku adalah anggota Tentara Rakyat Baru, saat ini tengah memeriksa daerah itu.

Sejauh ini belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.

“Kami tidak mengabaikan kemungkinan bahwa Pejuang Kemerdekaan Islam Bangsamoro (BIFF) dan kelompok yang terinspirasi oleh Daesh (ISIS) berada di belakang ledakan ini,” kata Encinas kepada AFP.

Diketahui, pemerintah Filipina sendiri berencana untuk menarik kekuasaan militernya di pulau itu pada tahun ini dengan pertimbangan situasi keamanan yang membaik.

Filipina selama ini terus diganggu oleh pemberontakan, termasuk pemberontakan separatis di Mindanao, yang telah menewaskan sekitar 100 ribu orang.

Kesepakatan damai memang sudah tercapai antara pemerintah dengan kelompok pemberontak terbesar, Front Pembebasan Islam Moro (MILF), pada 2019.

Namun, masih ada faksi-faksi ekstremis lain yang tak ikut dalam kesepakatan itu. Misalnya, ISIS yang terkait dengan BIFF dan Abu Sayyaf, yang merupakan kelompok yang kerap melakukan penculikan demi tebusan.

Kelompok-kelompok itu pun dikaitkan dengan insiden ledakan di luar sebuah pusat perbelanjaan di Cotabato, tahun lalu, yang menewaskan dua orang dan melukai 35 lainnya.

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : cnnindonesia.com

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *