Senasib Dengan Emas, Yen Bisa Ditinggalkan Investor

Kurs yen Jepang kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (14/10/19) pagi, setelah membukukan pelemahan mingguan pada pekan lalu.

Pada pukul 7:03 WIB, yen diperdagangkan di level 108,41/US$, melemah 0,01% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara pada pekan lalu, mata uang Negeri Matahari Terbit anjlok 1,37%.

Menyandang status aset aman (safe haven) seperti emas, yen selalu menjadi incaran investasi para pelaku pasar saat terjadi gejolak di pasar finansial maupun gejolak politik.

Kesepakatan dagang AS-China pada perdagangan Jumat lalu membuat aset safe haven menjadi kurang menarik. Akibatnya baik emas maupun yen terus mengalami pelemahan.

Presiden AS, Donald Trump, bersama Wakil Perdana Menteri China, Lie He, Jumat (11/10/19) waktu Washington mengumumkan jika perundingan kedua negara memberikan hasil “kesepakatan fase satu yang sangat substansial”, sebagaimana dilansir CNBC International.

Trump menambahkan “fase dua akan dimulai segera” setelah fase pertama ditandatangani.

Porsi pertama dalam kesepakatan dagang kali ini akan dibuat dalam tiga pekan ke depan, termasuk di dalamnya properti intelektual, jasa keuangan, serta rencana pembelian produk pertanian AS oleh China senilai US$ 40 sampai US$ 50 miliar, kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International.

Dengan deal kali ini, artinya bea masuk yang rencananya dikenakan ke China pada 15 Oktober nanti resmi ditunda, untuk sementara tidak ada lagi kenaikan bea importasi dari kedua negara.

Kesepakatan kedua negara menjadi kabar bagus bagi para pelaku pasar global, pertumbuhan ekonomi global diharapkan akan tumbuh, tidak lagi melambat dan ancaman resesi menghilang. Selera terhadap risiko (risk appetite) pelaku pasar meningkat, dan aset-aset berisiko kembali menjadi target investasi.

Meski demikian beberapa bank investasi ternama masih memperkirakan bea impor kemungkinan akan naik lagi. Bank Morgan Stanley mengatakan kesepakatan dagang AS-China merupakan pengaturan “ketidakpastian” dan tidak terlihat adanya jalan untuk mengurangi bea impor yang berlaku saat ini.

Sementara itu, bank Goldman Sachs melihat peluang sebesar 60% bea impor 15% yang ditunda kenaikannya saat ini akan berlaku pada awal 2020 mendatang.

Meski beberapa bank masih skeptis akan terselesaikannya perang dagang AS-China, tetapi risk appetite pelaku pasar sedang tinggi. Setahun lebih pelaku pasar selalu dicemaskan akan eskalasi perang dagang AS-China, dengan adanya kesepakatan kali ini setidaknya memberikan ketenangan bagi pelaku pasar.

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Didimax Forex

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *