Ditekan Kanan-Kiri, Harga Emas Bisa Melemah Lagi

Harga emas kembali melemah pada perdagangan Selasa (1/10/19), setelah mengulangi periode buruk pada bulan September.

Sejak tahun 2011, emas memang hampir selalu mencatat kinerja buruk di bulan September. Setelah mencapai rekor tertinggi sepanjang masa pada September 2011, harga emas dunia langsung anjlok hampir 11% di bulan yang sama.

Setelahnya pada periode 2011-2018, emas melemah sebanyak enam kali pada September di masing-masing tahun, dan hanya menguat dua kali. Periode buruk tersebut kembali terulang lagi di tahun ini, emas melemah 3,15% di bulan September.

Tekanan bagi emas terus menguat setelah harapan damai dagang Amerika Serikat (AS) dengan China semakin meningkat.

Seperti diketahui sebelumnya perundingan dagang AS-China akan dilangsungkan di Washington pada 10-11 Oktober nanti. Ini merupakan perundingan tingkat tinggi, delegasi China akan dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri Liu He, sementara AS akan dikomandoi oleh Kepala Kantor Perwakilan Dagang Robert Lighthizer.

Harapan akan adanya damai dagang dua raksasa ekonomi ini terus membuncah setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan kesepakatan dagang bisa terjadi lebih cepat dibandingkan prediksi pelaku pasar.

Deal kedua negara tentunya memacu perekonomian kedua negara yang sedang melambat, dan akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi global. Jika perekonomian membaik, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tentunya tidak akan memangkas suku bunga lagi.

Kondisi tersebut tentunya membuat harga emas tertekan. Sebagai aset aman (safe haven), emas menjadi kurang menarik jika pertumbuhan ekonomi global membaik. Selain itu jika The Fed tidak memangkas suku bunga lagi, dolar AS berpotensi terus menguat. Indeks dolar saat ini sudah mencapai level tertinggi sejak Mei 2017.

Emas merupakan aset yang dibanderol dolar, jika mata uang Paman Sam ini menguat maka harga emas akan menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, akibatnya permintaan emas berpotensi menurun.

Tekanan dari harapan damai dagang AS-China, serta dolar AS yang perkasar membuat harga emas tak berdaya sejak pekan lalu.

Harga emas sudah menembus ke bawah level kunci US$ 1.480/troy ons, tekanan turun kini menjadi lebih kuat.

Pada grafik harian, emas yang disimbolkan XAU/USD bergerak di bawah rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru) dan MA 21 hari (garis merah), tetapi masih di atas MA 125 hari (garis hijau).

Indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) bergerak sudah masuk ke wilayah negatif. Histogram di wilayah negatif yang semakin dalam. Indikator tersebut menunjukkan tekanan turun bagi emas mulai membesar.

Pada time frame 1 jam, emas bergerak di bawah MA 8 dan MA 21 tetapi dan MA 125. Indikator stochastic sudah masuk ke wilayah jenuh jual (oversold).

Seperti disebutkan sebelumnya, tekanan bagi emas akan semakin kuat setelah menembus ke bawah US$ 1.480/troy ons. Support terdekat kini berada di kisaran US$ 1.460/troy ons, jika mampu ditembus emas berpotensi turun ke US$ 1.455 sampai US$ 1.450/troy ons.

Sementara jika mampu bertahan di atas US$ 1.460/troy ons, emas berpotensi naik ke US$ 1.467/troy ons, melihat indikator stochastic yang oversold.
Peluang ke area US$ 1.471 sampai US$ 1.476/troy ons menjadi terbuka jika emas mampu menembus US$ 1.460/troy ons.

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : cnbcindonesia.com

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *