Urgensi di Balik Kunjungan Taliban Ke Indonesia

Delegasi Taliban secara mengejutkan berkunjung ke Indonesia dan melakukan pertemuan tertutup dengan sejumlah pihak, di antaranya Wakil Presiden Jusuf Kalla, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Peneliti Hubungan Internasional CSIS, Fitriani menilai kunjungan Taliban ke Indonesia bagian dari komitmen politik luar negeri Indonesia, yakni mewujudkan perdamaian dunia.

Ia berkata Indonesia sejak awal terlibat dalam upaya membangun perdamaian di Afghanistan. Salah satu tindakan Indonesia dalam hal itu ditandai dengan kehadiran Wapres JK dan Menteri Luar Negeri Retno L. Marsudi dalam Afghanistan Peace Process di Kabul, Afghanistan, tahun lalu.

“Kunjungan ini adalah kelanjutan komitmen politik luar negeri Indonesia. Menindaklanjuti tahun lalu Bu Retno dan Pak JK ikut serta Kabul Peace Process,” ujar Fitriani kepada CNNIndonesia.com, Rabu (31/7).

Dalam proses diplomasi ini, Fitriani menyampaikan bahwa Indonesia hendak memberi inspirasi kepada Taliban mengenai Islam moderat. Mengingat, sebagai sebuah gerakan Taliban sangat konservatif selama ini.

Meski demikian, Fitriani melihat skenario agar Taliban memahami soal Islam moderat tidak dilakukan melalui pemerintah, melainkan melalui PBNU dan MUI. Sebab pemerintah Indonesia tidak akan didengar oleh Taliban ketika memberi penjelasan soal Islam moderat.

“Jadi perlu multi-track diplomacy. Jadi Bu Retno bertemu dengan Kementerian Luar Negeri Afghanistan. Sementara track satu lagi diakomodasi oleh pertemuan NU dan Taliban,” ujarnya.

Terkait dengan upaya itu, Fitriani kembali menyampaikan Indonesia berharap pertemuan antara Taliban dengan pemerintah Indonesia bisa menunjukkan bagaimana kelompok Islam bisa berdamai dengan pemerintah.

Lebih lanjut, Fitriani berkata keaktifan Indonesia dalam mewujudkan perdamaian dunia, termasuk di Afghanistan sudah sesuai dengan harapan konstitusi. Tak hanya itu, peran itu juga sejalan dengan posisi Indonesia sebagai bagian dari Dewan Keamanan PBB.

Adapun soal peran Indonesia dalam perdamaian di sebuah negara sejatinya pernah dilakukan. Tahun 1990 misalnya, Indonesia menjadi mediator perdamaian untuk Kamboja.

“Alangkah baiknya jika Indonesia bisa menghasilkan bukti hasil kerjanya di masa menjadi anggota DK PBB 2019-2020 dengan mewujudkan perdamaian di Afghanistan,” ujar Fitriani.

Di sisi lain, Fitriani menyayangkan pemerintah hanya mempertemukan Taliban dengan PBNU dan MUI. Seharusnya Taliban juga dipertemukan dengan gerakan serupa yang ada di Indonesia, yakni Gerakan Aceh Merdeka.

“Menurut saya kalau Taliban bertemu dengan PBNU sebenarnya kurang lengkap ya. Harusnya sekalian bertemu dengan GAM,” ujarnya.

Meski begitu Fitriani menilai pemerintah Indonesia dan PBNU kurang melakukan diplomasi publik ketika menerima kunjungan Taliban. Ia melihat penjelasan pemerintah hanya seputar perdamaian di Afghanistan.

“Kurangnya diplomasi publik justru membuat kesan bahwa Indonesialah yang justru dipengaruhi Taliban dan menyetujui tindakan mereka,” ujar Fitriani.

 

 

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

 

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *