Taliban Sepakat Jamin Hak Perempuan dan Etnis di Afghanistan

Proses awal perundingan damai antara Taliban dan Amerika Serikat serta sejumlah tokoh Afghanistan dilaporkan berakhir dengan sukses. Seluruh pihak menyetujui sejumlah kesepakatan, di antaranya perjanjian membangun masyarakat madani sampai menjamin kesetaraan terhadap seluruh etnis.

Seperti dilansir Associated Press, Selasa (9/7), Taliban serta AS dan tokoh-tokoh masyarakat Afghanistan juga menjanjikan akan menjamin hak-hak perempuan dan menegakkan hukum Islam jika kesepakatan damai nantinya tercapai.

Perjanjian ini menjadi landasan untuk pembicaraan tahap selanjutnya, yakni perundingan perdamaian. AS berharap kesepakatan bisa tercapai pada 1 September sebelum mereka menarik seluruh pasukannya.

“Kami sangat gembira atas terwujudnya pernyataan bersama sebagai langkah pertama menuju perdamaian,” kata utusan Kementerian Luar Negeri Qatar untuk proses perdamaian Afghanistan, Mutlaq bin Majid Al Qahtan, seperti dilansir Reuters.

Pembicaraan damai itu dilakukan pada Minggu (7/7) sampai Senin (8/7) kemarin. Proses perundingan ditengahi oleh Qatar dan Jerman.

Rencananya, AS akan menarik sekitar 14 ribu pasukannya dari Afghanistan jika kesepakatan damai itu tercapai. Sebagai gantinya, Taliban akan menjamin bahwa mereka tidak akan mengizinkan wilayahnya menjadi sarang kelompok radikal yang merencanakan serangan teror terhadap negara lain.

Sementara itu, utusan AS untuk perundingan dengan Taliban, Zalmay Khalilzad, mengatakan dialog antar warga Afghanistan menjadi bagian terpenting dalam kesepakatan damai ini.

Utusan Jerman untuk Afghanistan dan Pakistan, Markus Potzel, menyatakan komponen penting dalam setiap proses perdamaian harus melibatkan langsung warga Afghanistan.

Taliban sempat menolak melakukan negosiasi dengan Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani. Upaya Ghani untuk menyatukan Taliban dengan pejabat Afghanistan di Doha gagal dan berakhir dengan perseteruan antara kedua pihak.

Meski begitu, perlawanan kelompok Taliban di Afghanistan tidak mengendur meski mereka sedang dalam perundingan damai. Pekan lalu mereka menyerang sejumlah lokasi menggunakan mortir dan bom mobil menargetkan aparat Afghanistan.

Presiden AS, Donald Trump, menyatakan akan menarik pasukan dari Afghanistan karena menganggap perang yang sudah berjalan 18 tahun itu membuat AS harus mengeluarkan banyak anggaran untuk membiayai operasi militer. Di sisi lain, ribuan pasukan AS meninggal akibat serangan Taliban dan kelompok militan lain di Afghanistan.

 

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Kiblat.net

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *