Ekonomi China Diprediksi Tumbuh 6,3 Persen Kuartal I 2019

Ekonomi China diperkirakan hanya tumbuh 6,3 persen pada kuartal I 2018. Hal itu terjadi ketika pemerintah mengambil langkah-langkah untuk menghadapi permintaan global dan perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) yang tak kunjung usai.

Menurut survei 13 ekonom yang diperoleh AFP menjelang rilis resmi angka produk domestik bruto (PDB) China, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu meningkat 6,3 persen pada periode Januari hingga Maret tahun ini.

Angka tersebut menandai laju pertumbuhan kuartalan paling lambat selama hampir tiga dekade terakhir. Hal itu tetap dalam kisaran yang ditargetkan oleh pemerintah sebesar 6,0 hingga 6,5 persen untuk periode sepanjang tahun, menyusut dari 6,6 persen pada 2018.

Di sisi lain, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi China sepanjang 2018 menjadi 6,3 persen dari semula 6,2 persen. Hal itu dipicu stimulus ekonomi China yang ramping dan meredanya ketegangan perdagangan dengan AS.

Untuk mengatasi perlambatan, Beijing meningkatkan dukungan ekonomi dalam beberapa bulan terakhir. Beberapa di antaranya dengan mengumumkan pemotongan pajak besar-besaran dan pengurangan biaya lain untuk membantu perusahaan yang kesulitan.

Bulan lalu. Perdana Menteri Li Keqiang mengakui ada tekanan ke bawah dalam ekonomi Negeri Panda. Namun tak tinggal diam, ia berjanji untuk tidak membiarkan ekonomi keluar dari kisaran yang wajar.

Beijing menghadapi kebijakan penyeimbang yang rumit, ketika mencoba untuk mendukung bisnis swasta yang membutuhkan kredit, tanpa terus meningkatkan jumlah utang korporasi.

Pembuat kebijakan telah membalikkan keran utang kembali, setelah beberapa tahun mengelola penurunan utang (deleveraging). Hal itu dibuktikan oleh data kredit dari bank sentral China yang menunjukkan pelonggaran moneter.

Chang Liu dari Capital Economics menyebut pertumbuhan pinjaman bank dipercepat ke laju bulanan tercepat sejak 2016. Padahal, biasanya dibutuhkan enam bulan untuk pertumbuhan kredit yang diterjemahkan dalam kegiatan ekonomi yang lebih besar.

Kendati demikian, Ekonom RaboResearch Bjorn Giesbergen memiliki pandangan berbeda. Dia memperingatkan pinjaman tidak selalu mengalir ke sektor swasta dan tingkat utang terhadap PDB China sudah berlebihan.

Menurut dia, masalah hanya akan menjadi lebih buruk jika kredit baru tidak lagi mengalir ke sektor swasta. Kebijakan yang diberlakukan bulan ini, seperti memotong Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan memotong kontribusi asuransi sosial perusahaan bulan depan akan lebih langsung membantu sektor swasta China untuk mengembangkan usaha.

Tahun lalu, investasi infrastruktur China merosot menjadi 3,8 persen secara tahunan. Dalam beberapa bulan terakhir, proyek-proyek besar yang telah ditunda Beijing dimulai kembali untuk mendorong laju perekonomian.

Ekonom DBS Nathan Hung Lai Chow memaparkan pertumbuhan sebagian besar didorong oleh investasi infrastruktur dengan kontrak persetujuan disepakati di depan dan penerbitan obligasi khusus yang sangat besar.

“Kepercayaan konsumen tetap rapuh karena ketidakamanan pekerjaan,” kata Chow seperti dikutip dari AFP, Jumat (14/4).

Tingkat pengangguran China yang biasanya stabil naik menjadi 5,3 persen pada Februari 2019, dari 4,9 persen pada Desember tahun lalu. Sementara itu, pertumbuhan penjualan ritel tetap mendekati level terendah dalam 15 tahun.

 

 

 

 

 

Sumber : Cnnindonesia.com
Gambar : ekbis.sindonews.com

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *