Yield Obligasi AS Normal, Dolar Masih Melempem

Yield obligasi AS kembali normal di perdagangan sesi AS Senin (25/3/19), tapi dolar AS masih terlihat melempem di hadapan mata uang utama lainnya. Ini tampak dari indeks dolar AS (DXY) yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata turun tipis di kisaran 96,61 (-0,06%) dibandingkan penutupan Jumat (22/3/19).

Indeks dolar merupakan merupakan instrumen yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang yakni euro, yen Jepang, poundsterling, dolar Kanada, Krona Swedia, dan franc Swiss. Indeks ini biasanya dijadikan alat pengukur performa dolar oleh para pelaku pasar.

Dari enam mata uang tersebut, euro memberikan kontribusi paling besar dalam membentuk indeks dolar yakni sebesar 57,6%. Poundsterling menempati peringkat ketiga sebesar 11,9%, setelah yen sebesar 13,6%.

Jadi jika euro menguat terhadap dolar, sudah pasti indeks dolar akan melemah.

Melihat pergerakan hingga sore ini pukul 18:40 WIB, dolar AS mampu menguat terhadap yen dan poundsterling di masing-masing sekitar 0,21% dan 0,24%. Namun terhadap euro, dolar masih melemah tipis sekitar 0,02%.

Mengutip Reuters, yield obligasi AS tiga bulan saat ini sebesar 2,455% lebih rendah dari yield obligasi tenor 10 tahun 2,462%. Imbal hasil dua obligasi tersebut sudah kembali normal setelah sebelumnya terjadi inversi atau yield tenor 3 bulan lebih tinggi dibandingkan tenor 10 tahun, yang menandakan kemungkinan terjadi resesi di AS.

Normalnya yield tersebut bisa menunjukkan para pelaku pasar mulai sedikit tenang, dan menanti rilis data-data ekonomi AS lebih lanjut, untuk melihat seberapa kuat perekonomian AS. Pelaku pasar juga menanti komentar-komentar terbaru dari para pejabat Federal Reserve (The Fed) AS.

Sebelumnya pada pukul 13:00 WIB lalu, Pimpinan The Fed Chicago, Charles Evans, mengatakan wajar jika pelaku pasar cemas akan kemungkinan resesi, melihat pertumbuhan ekonomi AS yang tahun lalu sebesar 3,1%, dan tahun ini diprediksi sebesar 2,1%.

Meski mengamini pelambatan ekonomi, namun Fed Evans mengesampingkan kemungkinan resesi dengan mengatakan kinerja ekonomi AS masih cukup bagus. Fed Evans juga mengatakan pasar tenaga kerja masih kuat, begitu juga dengan belanja konsumen, dan melihat peluang terjadinya resesi di bawah 25%.

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : The National Interest

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *