Pasokan Terbatas Bikin Harga Minyak Melonjak Pekan Lalu

Harga minyak mentah dunia menanjak sekitar 6 persen sepanjang pekan lalu. Penguatan dipicu oleh sentimen pengetatan pasokan akibat kebijakan pemangkasan produksi Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan gangguan operasional lapangan minyak di Arab Saudi.

Dilansir dari Reuters, Senin (18/2), harga minyak mentah berjangka Brent pada perdagangan Jumat (15/2) lalu tercatat sebesar US$66,25 per barel atau menguat sekitar 6 persen sepanjang pekan lalu. Harga tersebut merupakan yang tertinggi sejak November 2018.

Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sekitar 5 persen menjadi US$55,59 per barel. Pada perdagangan Jumat (15/2) lalu, harga WTI juga sempat menyentuh level US$55,8 per barel.

Selain kebijakan pemangkasan produksi OPEC dan sekutunya, sentimen pengetatan pasokan pekan lalu juga berasal dari gangguan listrik lapangan minyak lepas pantai Safaniya di Arab Saudi sehingga sebagian operasional terhenti.

Sumber Reuters menyatakan penutupan sebagian operasioanal pada lapangan minyak lepas pantai terbesar di dunia itu terjadi sejak tiga pekan lalu. Masih belum jelas waktu lapangan minyak tersebut akan kembali beroperasi pada kapasitas penuh. Kapasitas produksi Safaniya diketahui lebih dari 1 juta barel per hari.

“Ini (gangguan pada lapangan minyak Safaniya) merupakan faktor lain yang mengerek kekhawatiran terhadap ketersediaan minyak mentah,” ujar Analis Price Futures Group Phil Flynn di Chicago.

Menurut Flynn, gangguan lapangan tersebut menjadi faktor tambahan pengetat pasokan, selain kebijakan pemangkasan produksi OPEC.

“Sekarang anda memiliki masalah dengan kemampuan Arab Saudi memproduksi minyak sebanyak yang diharapkan,” ujar Flynn.

Pada pekan lalu, Arab Saudi menyatakan bakal memangkas 500 ribu barel per hari (bph) tambahan pada Maret 2019 mendatang, atau lebih besar dari komitmen.

Selain itu, pasokan juga telah berkurang karena pengenaan sanksi AS terhadap minyak mentah Venezuela dan Iran. Selanjutnya, produksi minyak dari Libya juga terganggu oleh kerusuhan sipil. Kemudian, ancaman keamanan juga dapat mengancam produksi Nigeria setelah pemilihan umum pekan lalu.

Kemudian, meningkatnya keyakinan terhadap penyelesaian sengketa dagang AS-China juga mendukung harga. Pembicaraan tersebut akan dilakukan lagi pekan ini di Washington, dengan kedua pihak menyatakan bahwa pembahasan yang dilakukan di Beijing pekan lalu menunjukkan kemajuan.

“Optimisme terkait kesepakatan perdagangan potensial telah menjadi isu besar di AS beberapa hari terakhir,” ujar Direktur Energi Berjangka Mizuho Bob Yawger.

Kendati demikian, kenaikan harga minyak pekan lalu dibatasi oleh menanjaknya jumlah rig AS pada pekan lalu. Berdasarkan data perusahaan layanan energi Baker Hughes, perusahaan pengebor minyak AS menambah tiga rig. Kenaikan jumlah rig tersebut terjadi selama dia pekan berturut-turut.

Hal itu meningkatkan kekhawatiran pasokan minyak mentah bakal melampaui permintaan seiring pertumbuhan produksi AS yang terus menanjak dan menyentuh level tertinggi.

 

 

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : IMCNews.ID

 

 

 

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *