Australia Umumkan Kembali Buka Pusat Penampungan Imigran di Pulau Christmas

Pemerintah Australia telah mengumumkan akan kembali membuka pusat penampungan imigran di lepas pantai yang kontroversial di Pulau Christmas.

Pengumuman tersebut disampaikan Perdana Menteri Scott Morrison, pada Rabu (13/2/2019), menyusul keputusan parlemen Australia yang mengesahkan undang-undang baru yang diyakini akan meningkatkan jumlah imigran yang mencoba masuk secara ilegal di wilayah negara itu.

Morrison telah menyetujui pembukaan kembali fasilitas terpencil yang baru ditutup beberapa bulan lalu. Parlemen Australia telah menolak peringatan pemerintah dan memilih mengadopsi undang-undang yang akan membuka pintu bagi sekitar 1.000 pengungsi migran yang saat ini tertahan di pusat-pusat penampungan imigran lepas pantai di Nauru dan Pulau Manus di Papua Nugini.

Undang-undang yang disahkan tersebut memungkinkan para imigran ilegal untuk melakukan perjalanan dan memasuki wilayah Australia untuk perawatan medis apabila transfer diminta oleh dua atau lebih dokter.

Ini telah menjadi kali pertama dalam beberapa dekade terakhir bahwa pemerintah Australia telah kehilangan suara pada undang-undang yang mereka usulkan sendiri di DPR. Morrison telah menepis anggapan bahwa undang-undang tersebut hanya akan berlaku terhadap mereka yang sudah dalam penahanan dan menuduh oposisi telah berusaha melemahkan dan membahayakan perbatasan negara.

“Pemerintah telah mengadopsi 100 persen serangkaian rekomendasi dari dinas keamanan negara untuk memperketat upaya pencegahan terhadap kedatangan migran dan pencari suaka melalui laut,” ujar perdana menteri.

Dia menolak merinci secara lebih spesifik tindakan-tindakan tersebut, selain mengumumkan pembukaan kembali kamp penampungan di Pulau Christmas, wilayah Australia yang terpencil dan berada sekitar 2.300 kilometer barat laut kota Perth.

“Jika mereka (para migran ilegal) tidak datang, itu karena pekerjaan dan keputusan yang kita ambil sekarang dan tindakan yang kita lakukan.”

“Namun jika mereka datang, Anda dapat berterima kasih kepada partai Buruh dan (pemimpin oposisi) Bill Shorten,” tambahnya.

Tetapi pihak berwenang di Pulau Christmas mempertanyakan kebijakan untuk membuka kembali pusat penahanan di pulau itu, karena fasilitas kesehatan di tempat tersebut sangat terbatas.

Di samping itu, mereka cukup sering mengevakuasi orang-orang dengan alasan medis karena rumah sakit kecil mereka tidak akan dapat menangani perawatan yang rumit.

“Kami tidak akan memiliki kapasitas di sini untuk berurusan dengan orang-orang yang datang ke sini karena alasan medis. Kami juga tidak memiliki spesialis untuk menangani masalah kesehatan yang serius,” kata CEO Shire Christmas Island, David Price, kepada ABC News.

Fasilitas di Pulau Christmas pernah digunakan untuk menampung ribuan orang dan menjadi tempat protes keras para tahanan yang mengeluhkan kondisi yang sulit di kamp penampungan.

Kamp di pulau tersebut sempat ditutup pada Oktober tahun lalu, setelah 35 tahanan terakhir dikeluarkan.

 

Sumber : internasional.kompas.com
Gambar : Kompas Internasional

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *