Pengusaha Keluhkan Tarif Tol Trans Jawa yang Begitu Mahal

DPP Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) menilai tarif Jalan Tol Trans Jawa yang mulai berlaku penuh sejak 21 Januari 2019 lalu tergolong mahal.

Oleh karena itu, DPP Aptrindo mengimbau agar tarif itu ditinjau ulang lantaran berdampak negatif tidak hanya kepada pengusaha, melainkan juga kepada occupancy ratio maupun return of investment jalan tol itu sendiri.

“Memang kalau untuk angkutan barang ini ya khususnya, ya kalau untuk angkutan barang itu memang mahal,” ujar Wakil Ketua Umum DPP Aptrindo Kyatmaja Lookman kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Ahad (3/2/2019).

Ia lantas menceritakan perjalanan angkutan barang dari Jakarta-Surabaya yang lazim saat ini. Dari Jakarta, truk menggunakan jalan tol. Kemudian keluar di Gerbang Tol Cikampek untuk kemudian melanjutkan perjalanan hingga Surabaya melalui jalur pantai utara Jawa (pantura). Ada juga opsi lain via Cirebon melalui Jalan Tol Kanci-Pejagan.

“Nah, kalau kita nanti mau total pakai tol, nanti total biaya perjalanan kita itu nambah sekitar 1,2-1,8 juta. Nah itu kan mahal sekali. Jadi kita kebanyakan sih kalau angkutan barang kita gak pakai tol,” kata Lookman.

Sebagai informasi, mulai 21 Januari 2019, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menetapkan tarif baru untuk tujuh ruas baru tol Jalan Tol Trans Jawa. Tol-tol itu sebelumnya diresmikan pada 20 Desember 2018 oleh Presiden Joko Widodo dan digratiskan demi mendukung libur Natal dan Tahun baru.

Penetapan tarif baru berdampak kepada total ongkos tol dari Jakarta. Misalnya Jakarta-Surabaya Rp 1.382.500 untuk golongan V (truk dan angkutan logistik sejenis).

Kendati demikian, Lookman tak menampik ada dampak baik Jalan Tol Trans Jawa seperti mengurangi kemacetan jalan. Ini karena banyak kendaraan pribadi yang semula menggunakan jalan nasional beralih ke jalan tol.

“Tapi, kita berharap ada pengurangan biaya (tol). Dijadikan sama seperti tarif golongan satu jadi sekitar Rp 600 ribu. Setidaknya untuk awal-awal ini. Karena kalau tidak (diturunkan), nanti occupancy ratio-nya itu rendah loh jalan tolnya. Kalau rendah kan ROE (return of investment)-nya nanti lama, ya,” paparnya.

Imbauan senada disampaikan DPP Organisasi Angkutan Darat (Organda). Ketua Umum DPP Organda Adrianto Djokosoetono menilai tarif tol untuk angkutan umum yang melintasi Jalan Tol Trans Jawa masih menjadi isu.

“Kami mendorong pemerintah untuk berpihak juga ke kami. Kan kalau tarif sekarang kami disetarakan golongan III ya cukup mahal untuk kami,” kata Adrianto di laman detik.com seperti dikutip Ahad (3/2/2019).

Ia pun mengusulkan agar pemerintah memberikan insentif tarif tol kepada angkutan umum. Misalnya 50% dari biaya yang harus ditanggung. Hal itu, menurut Adrianto, akan sangat membantu mengurangi biaya logistik.

“Teman-teman sudah mulai loh pakai Trans Jawa, sudah banyak yang beroperasi lewat sana. Ini kan juga mendukung program pemerintah ya menggenjot transportasi umum kan. Cuma tarif tol masih menjadi isu,” ujarnya.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Mobil123.com

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *