Film Kucumbu Tubuh Indahku akan Dirilis di Bioskop Maret 2019

Kucumbu Tubuh Indahku, film terbaru Garin Nugroho, telah diputar di sejumlah festival film internasional sejak tahun lalu, termasuk di Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2018. Produser Ifa Isfansyah memastikan bahwa film drama yang lekat dengan koreografi tari juga akan dirilis di bioskop dalam waktu dekat.

Kabar ini diungkap oleh Ifa saat datang ke peluncuran Kreasi Movie Corner, program pemutaran baru dari jaringan bioskop CGV khusus untuk film-film “alternatif” non komersial. Kucumbu Tubuh Indahku adalah satu dari tiga film Garin yang akan tayang dalam program ini di CGV FX Sudirman Jakarta pada 27 dan 29 Januari 2019.

Berikutnya, film tersebut akan dirilis di bioskop reguler pada Maret 2019.

“Rencana kami, (Kucumbu Tubuh Indahku) akan diputar di bioskop pada bulan Maret. Jadi hari ini kami sekaligus promosi, nanti kalau sudah rilis bioskop, mohon ajak saudara dan kawan-kawan,” kata Ifa di CGV FX Sudirman, Minggu, 20 Januari 2019. “Lalu pada tanggal 16 Februari, film ini juga akan ada XXI Plaza Indonesia,” imbuhnya.

Kucumbu Tubuh Indahku atau dalam edaran internasional berjudul Memories of My Body telah meraih sejumlah penghargaan dari festival film internasional. Beberapa di antaranya adalah Cultureal Diversity Award (UNESCO) lewat Asia Pacific Screen Award 2018, Bisato D’Oro Award lewat Venice Independent Film Critic 2018, serta Best Film lewat Festival Des 3 Continents Prancis. Festival Film Tempo 2018 juga memberikan penghargaan kepada Garin sebagai sutradara pilihan.

Film ini diproduksi oleh Fourcolours Film bersama Go-Studio. Muhammad Khan dan Raditya Evandra menjadi aktor utama pemeran Juno. Lalu ada Rianto, Sujiwo Tejo, Teuku Rifnu Wikana, Randy Pangalila, Whani Dharmawan, Endah Laras, Fajar Suharno, dan Windarti.

Kisahnya tentang Juno, anak lelaki yang ditinggal ayahnya sendirian di desa mereka di Jawa Tengah. Dia bergabung dengan kelompok tari Lengger, di mana lelaki mengubah penampilan dan gerakan mereka menjadi seperti perempuan.

Namun sensualitas dan seksualitas yang datang dari tarian dan tubuh, ditambah dengan situasi sosial dan politik Indonesia yang kejam, memaksa Juno pindah dari kampung ke kampung. Dalam perjalanan, Juno mendapat perhatian dan kasih sayang dari guru-guru tarinya, tantenya yang aneh, pamannya yang tua, petinju tampan, dan seorang Warok. Kendati begitu, Juno masih harus menghadapi medan tempur tubuhnya seorang diri.

 

 

 

 

 

 

Sumber : medcom.id
Gambar : www.queerlion.it

 

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *