OPEC Cemas Perang Dagang Hantam Permintaan Minyak Dunia

Sekretaris Jenderal Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) Mohammed Barkindo membeberkan risiko yang dapat memengaruhi keseimbangan pasar minyak dunia tahun ini.

Secara umum, ia yakin pasar akan menjadi lebih seimbang di 2019, namun ia khawatir perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi di beberapa negara besar Asia yang mengimpor bagian terbanyak dari minyak mentah dunia.

“Kami mengkhawatirkan perseteruan perdagangan yang masih terjadi,” kata Barkindo kepada CNBC International di sela-sela acara Atlantic Council Global Energy Forum di Abu Dhabi, Minggu (13/1/2019).

“Pertumbuhan tersinkronisasi selama ini, yang telah kita saksikan sejak krisis keuangan global yang terakhir, sebagian besar juga terjadi karena pertumbuhan perdagangan internasional,” tambahnya, dilansir dari CNBC International.

“Langkah apa pun yang dapat berdampak atau mengganggu perdagangan akan juga berdampak pada pertumbuhan dan lebih jauh, pada permintaan energi. Saat ini, selain AS, China dan India tetap menjadi pasar dengan permintaan energi terkuat. Jadi Anda bisa bayangkan kekhawatiran kami terhadap perundingan yang sedang terjadi.”

China adalah importir minyak mentah terbesar dunia dan pembeliannya mencapai 18,6% dari total impor di 2017. Pertumbuhan ekonomi India yang sedang meroket diperkirakan akan mengambil alih posisi China pada 2024, menurut laporan terbaru dari perusahaan konsultan energi Wood Mackenzie.

Namun, bila perang dagang menghantam pertumbuhan China, dampaknya akan terasa di seluruh Asia dan mengancam sumber pendapatan krusial bagi negara-negara produsen OPEC.

Pengenaan bea impor AS terhadap China telah memukul perekonomian Negeri Tirai Bambu. Reuters pekan lalu melaporkan dengan mengutip beberapa sumber bahwa China sedang berencana menetapkan target pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, yaitu 6%-6,5% di 2019, dibandingkan target tahun lalu sekitar 6,5%.

Akhir tahun lalu, Asian Development Bank juga mengatakan negara-negara berkembang di Asia akan mencapai target pertumbuhan di 2019 namun risiko dari proteksionisme dagang akan mengancam proyeksi tersebut.

Meski khawatir, Barkindo tetap menyampaikan pernyataan penuh harapan.

“Kami tetap optimistis dan berhati-hati bahwa mereka akan dapat mengatasi beberapa kesulitan tersebut berdasarkan premis bahwa AS dan China ingin masalah ini selesai,” ujarnya.

 

 

 

 

Sumber : Cnbcindonesia.com
Gambar : MyJoyOnline.com

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *