Harga Minyak Dunia Capai ke Level terendah Tahun Ini, OPEC & Rusia Siap Pangkas Produksi Bulan Depan

Harga minyak naik tipis setelah kembali mencetak angka terendah baru 2018. Jumat (21/12/2018) pukul 7.35 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2019 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 46,51 per barel.

Harga minyak ini naik 1,37% dari harga penutupan kemarin yang ada di US$ 45,88 per barel.

Kemarin, harga minyak mencetak level terendah baru setelah merosot 4,75% dalam sehari.
Sejalan, harga minyak brent untuk pengiriman Februari 2019 di ICE Futures pun kemarin merosot 5,05% ke level US$ 54,35 per barel. Ini adalah harga terendah sejak Oktober 2017.
Anjloknya harga minyak mentah pada perdagangan kemarin ini terjadi bersamaan dengan penurunan pasar saham di Amerika Serikat (AS).
“Penurunan lanjutan pada minat risiko menyebabkan harga saham turun dan turut mempengaruhi spekulasi terkait minyak,” kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates kepada Reuters.

Hingga kemarin, harga minyak WTI turun 39,60% dari level tertinggi tahun ini US$ 75,96 per barel yang tercapai pada 3 Oktober.

Pada periode yang sama, harga minyak brent turun 36,39% dari level tertinggi tahun ini US$ 85,45 per barel.

“Pasar skeptis akan kemampuan OPEC dan Rusia untuk menahan produksi. Penurunan harga minyak menunjukkan bahwa komitmen pemangkasan tidak lagi cukup,” kata John Kilduff, partner Again Capital Management.

OPEC dan Rusia berkomitmen untuk memangkas produksi 1,2 juta barel per hari mulai bulan depan. Tapi saat ini, tingkat produksi AS, Rusia, dan Arab Saudi tengah berada di level tertinggi sepanjang masa.
“Tahun depan harga minyak bisa sampai di bawah US$ 40 per barel,” Direktur Utama, PT Garuda Berjangka, Ibrahim kepada KONTAN, Kamis (20/12).

Ibrahim mengatakan, sekarang AS adalah negara eksportir minyak mentah terbesar yang terus memperkuat produksinya.

Kemudian pelaku pasar dengan sendirinya akan memilih produk AS yang menawarkan harga yang lebih murah.

“Selama AS menjadi negara importir sebetulnya AS menahan diri karena memiliki cadangan minyak yang banyak,” kata Ibrahim, kemarin. Selama ini pasar kebanyakan mengonsumsi produksi minyak dari negara OPEC. Tetapi, lama kelamaan, cadangan minyak OPEC akan berkurang dan habis.
Ia memprediksi di 2019 OPEC tetap memperketat produksinya. Menurut Ibrahim, OPEC, non-OPEC dan AS harus melakukan pertemuan untuk membahas harga minyak global.

 

 

 

 

 

Sumber : Tribun Wow

Gambar : Tribun Wow – Tribunnews.com

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

 

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *