BI Siapkan 3 Strategi saat Tantangan Rupiah Makin Berat

Perang dagang global hanyalah satu dari sekian faktor yang membuat kondisi perekonomian dunia berada dalam tekanan. Untuk itu, setiap negara, terutama negara berkembang, seperti Indonesia, perlu menyiapkan strategi agar kondisi perekonomian dan nilai tukar rupiah tetap stabil.

Kepada CNBC Indonesia, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah menjelaskan faktor apa saja yang membuat kondisi perekonomian global tertekan serta strategi bank sentral untuk menjaga agar nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tetap stabil.

“Menjelang akhir tahun ini stabilitas [nilai tukar] rupiah kembali mendapat ujian, karena meningkatnya ketidakpastian terkait prospek ekonomi global, [seperti] meningkatnya kembali tensi sengketa dagang, proses penyelesaian Brexit yang masih penuh tantangan, serta mundurnya Gubernur Bank Sentral India,” jelas Nanang, Selasa (11/12/2018).

Faktor-faktor tersebut tentu bisa berdampak buruk terhadap perekonomian di banyak negara, khususnya emerging markets, seperti Indonesia. Nilai tukar rupiah pun menjadi naik-turun dan tidak stabil selama kondisi perekonomian global tertekan, ujarnya.

Oleh karena itu, bank sentral perlu menyiapkan strategi untuk menjaga kesehatan perekonomian Indonesia dan kestabilan nilai tukar rupiah.

Nanang mengungkapkan setidaknya ada tiga strategi yang akan disiapkan BI.

“Bank Indonesia melakukan langkah stabilisasi [nilai tukar] rupiah dengan mengerahkan instrumen yang tersedia. [Selain itu] Bank Indonesia melakukan intervensi DNDF [Domestic Non Deliverable Forward] di pasar spot secara terukur dan intervensi dalam bentuk pembelian SBN [Surat Belanja Negara] di pasar sekunder.”

Mengintervensi berarti membatasi pembelian valuta asing. Dengan demikian para pengusaha, korporasi, maupun perbankan tidak bisa memborong mata uang atau surat berharga suatu negara. Aksi memborong inilah yang membuat nilai tukar mata uang suatu negara melemah dan memengaruhi kondisi perekonomian.

Nanang berharap intervensi BI di pasar DNDF dan SBN mampu membuat nilai tukar rupiah stabil, bahkan cenderung menguat sebagaimana yang terjadi hari Selasa.

“Bank Indonesia membuka lelang DNDF dari pukul 15.30 sampai Rp 16.00. Rupiah sempat melemah di sesi [pembukaan] siang ke Rp 14.660 [per USD] atau melemah -0.68%. [Kemudian rupiah] kembali menguat di sesi penutupan, menjadi Rp 14.590 [per USD].”

“Langkah yang ditempuh Bank Indonesia diperlukan untuk memastikan nilai tukar rupiah tidak melemah terlalu tajam dan keyakinan masyarakat terjaga,” tandasnya.

 

 

 

 

 

Sumber : CNBCindonesia.com
Gambar : Industry News

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *