Meski Banyak Sandungan, Pasar Obligasi 2019 Dinilai Masih Positif

Perekonomian Indonesia masih akan menghadapi masalah yang sama pada 2019, baik global maupun domestik.

Gejolak perang dagang, meski AS dan China berupaya mengakhirinya, namun pelaku usaha masih bersikap wait and see.

The Fed juga dipastikan masih menaikkan suku bunga acuan, yang mana akan berdampak pada mata uang global.

Hampir semua negara diprediksi mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Persoalan tersebut juga akan mempengaruhi kondisi pasar obligasi.

Namun, pasar obligasi 2019 dianggap masih menunjukkan indikator yang positif. “Saya bisa bilang optimistis untuk pasar obligasi konvensional maupun sukuk di 2019,” ujar Head of Fixed Income Research PT Mandiri Sekuritas Handy Yunianto di Jakarta, Rabu (5/12/2018).

Setidaknya ada empat katalis positif di pasar obligasi pada 2019. Pertama, entry level yield u tuk obligasi lebih tinggi dari awal 2018.

Jika sebelumnya di level 6,5 persen, maka 2019 diprediksi naik hingga 8,5 persen. Kemudian, Handy meyakini suku bunga acuan Bank Indonesia akan lebih naik.

Namun, kenaikannya tak akan sebesar tahun ini yang mencapai 175 basis points. “Tahun depan diproyeksikan tetap naik tapi mungkin hanya 50 bps,” kata Handy.

Tahun depan diproyeksi akan ada kenaikan harga bahan bakar minyak. Meski harganya naik, namun tak akan berdampak signifikan terhadap suku bunga BI dan inflasi.

Tingkat inflasi di Indonesia tergolong aman di kisaran 3,2-3,23 persen, masih di bawah batas yang ditentukan. Hal ini disebabkan kenaikan harga BBM hanya dilakukan satu kali dan inflasi diperkirakan justri berkurang. “Dengan catatan rupiah stabil dan BI tidak menaikkan suku bunga tinggi,” kata Handy.

Selain itu, defisit anggaran juga diproyeksi lebih rendah dan menyebabkan net issuances obligasi tetap manageable. Selain itu, ada potensi upgrade sovereign rating di tahun 2020. Menurut Handy, defisit fiskal yang turun akan positif bagi pasar obligasi karena utangnya tidak bertambah terlalu banyak.

Terakhir, dukungan dari domestik masih cukup tinggi dengan adanya wacana penurunan withholding tax bunga obligasi. Interest payment pemerintah setiap tahunnya sekitar Rp 270 triliun per tahun.

“Kalau ditambah pertumbuhan aset dari investor institusi domestik yang cukup tinggi, saya yakin bisa terpenuhi,” kata Handy.

 

 

 

 

 

Sumber :  Kompas.com
Gambar : Akurat.co

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *