Harga Minyak Dunia Melemah Jelang Pertemuan OPEC

Harga minyak mentah dunia melemah pada perdagangan Rabu (5/12), waktu Amerika Serikat (AS). Pelemahan terjadi menjelang pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya pekan ini yang akan membahas rencana kesepakatan pemangkasan pasokan.

Dilansir dari Reuters, Kamis (6/12), harga minyak mentah berjangka Brent merosot US$0,52 menjadi US$61,56 per barel. Selama sesi perdagangan, harga Brent sempat menyentuh level tertinggi US$63,29 per barel dan tertekan ke level US$60,8 per barel.

Pelemahan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) yang merosot US$0,36 per barel menjadi US$52,9 per barel. Harga WTI bergerak di rentang US$52,16 hingga US$54,44 per barel selama sesi perdagangan berlangsung.

OPEC dan sekutunya akan bertemu di Wina, Austria pada 6 Desember 2018 untuk membicarakan kembali potensi pemangkasan produksi kembali. Kebijakan tersebut dilakukan untuk mengurangi membanjirnya pasokan di pasar sehingga dapat mendongkrak harga.

Dua sumber Reuters menyatakan Komite Pengawas OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia, menyepakati kebutuhan untuk memangkas produksi pada 2019. Namun, dasar dan besaran volume yang akan dipangkas masih diperdebatkan.

Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan kepada media bahwa ia telah mengadakan pertemuan yang baik dengan Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih pada Rabu kemarin. Keduanya merencanakan pembicaraan lebih banyak lagi.

“Semuanya, termasuk Rusia, menyetujui bahwa ada kebutuhan untuk mengurangi (produksi),” ujar Menteri Perminyakan Oman Mohammed bin Hamad Al-Rumhy kepada media setelah mengadakan pertemuan tingkat menteri yang diikuti oleh Arab Saudi, Rusia, dan beberapa produsen minyak lain pada Rabu kemarin.

Berdasarkan pemberitaan kantor berita Rusia RIA yang dikutip Reters, produsen terbesar kedua Rusia Lukoil siap untuk memangkas produksinya jika OPEC dan sekutunya menyepakati pemangkasan tersebut. Namun, Pemimpim Lukoil Vagit Alekperov menilai, secara teknis, pemangkasan tersebut akan sulit dilakukan di musim dingin.

OPEC berupaya untuk menghindari kondisi membanjirnya pasokan seperti pada 2014 yang membuat harga minyak anjlok ke level di bawah US$30 per barel pada awal 2016.

Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump menekan OPEC untuk tidak mengurangi produksinya.

“Semoga OPEC akan tetap menjaga aliran minyak seperti biasa, tidak dihalangi. Dunia tidak ingin melihat atau membutuhkan harga minyak yang lebih tinggi!” ujar Trump melalui cuitan akun TWitter resminya kemarin.

Menurut Presiden Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch pemerintahan Trump sepertinya tetap menekan Arab Saudi untuk membatasi besaran pemangkasan produksi yang akan dilakukan. Dengan sikap Rusia yang belum menunjukkan komitmennya, pengurangan produksi kemungkinan hanya akan berkisar 1 juta hinga 1,1 juta bph.

Sumber Reuters menyatakan produksi minyak mentah Arab Saudi naik menjadi 11,3 juta bph pada November lalu. Pada Oktober 2018, produksi minyak Arab Saudi tercatat 10,65 juta bph.

Di AS, Institut Perminyakan AS (API) mencatat persedian minyak mentah Negeri Paman Sam naik sebesar 5,4 juta barel menjadi 448 juta di pekan yang berakhir 30 November lalu. Kenaikan tersebut lebih besar dari proyeksi analis yang memperkirakan kenaika hanya akan sebesar 900 ribu barel. Data resmi dari pemerintah AS baru akan dirilis Kamis ini, waktu setempat.

 

 

 

 

 

Sumber :  cnnindonesia.com
Gambar : Energy World

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *