Yield US Treasury Siap Naik, Pasar Obligasi Cuek Menguat

Harga obligasi rupiah pemerintah menguat tipis pada awal perdagangan pagi ini meskipun masih ada ancaman dari kenaikan tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat.

Merujuk data Reuters, menguatnya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

Keempat seri yang menjadi acuan adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Seri yang paling menguat adalah seri 20 tahun, dengan penurunan yield 1 bps menjadi 8,82%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Dua seri acuan lain juga menguat yaitu seri 5 tahun dan 10 tahun, dengan penurunan yield 0,2 bps dan 0,4 bps menjadi 8,25% dan 8,39%. Di sisi lain, seri 15 tahun masih terkoreksi dengan kenaikan yield 2 bps menjadi 8,57%.

Kenaikan yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) yaitu US Treasury mencerminkan adanya koreksi. Koreksi masih terus terjadi sejak bank sentral AS menaikkan suku bunga acuannya pada 26 September.

Semakin tinggi yield US Treasury, maka yield dari SBN juga akan naik mengikuti untuk menjaga selisih dan menjaga minat investor asing terhadap SBN.

Salah satu faktor yang dapat membuat yield US Treasury naik adalah lelang di mana dapat membuat investor global menjual portofolio US Treasury dan mengoleksi dolar AS untuk masuk ke pasar US Treasury melalui lelang.
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 516 bps.

Yield US Treasury 10 tahun naik lagi hingga 3,32% karena adanya arus jual dan menuju dolar AS.

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 851,37 triliun SBN, atau 37,04% dari total beredar Rp 2.298 triiliun.

Angka kepemilikannya masih positif dibanding posisi September Rp 850,85 triliun, tetapi persentasenya masih turun dari posisi awal Oktober 37,12%.

Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik tipis 0,4% menjadi 5.754 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah melemah 0,26% menjadi Rp 15.215 di hadapan tiap dolar AS.

Penguatan dolar AS seiring dengan naiknya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang naik 0,09% menjadi 95,707.

 

Sumber : CNBC INDONESIA
Gambar : CNBC INDONESIA

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *