100 Persen Pun DHE Kembali, Tak Akan Cukup Tambal Defisit

Bank Indonesia (BI) menyebut 100 persen pun Devisa Hasil Ekspor (DHE) kembali ke Tanah Air, tetap tak akan mampu menambal defisit neraca transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD). Diperkirkan, defisit tersebut bengkak mencapai US$25 miliar. Menurut Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara, persoalan defisit neraca transaksi berjalan Indonesia bukan lagi masalah berapa jumlah DHE yang kembali ke Indonesia, melainkan kebutuhan mendesak untuk meningkatkan ekspor.

“Karena kan Indonesia kekurangan valuta asing (valas) setidaknya sekitar US$25 miliar. Jadi, DHE maksimum tetap saja kurang,” ungkap Mirza di Yogyakarta, Rabu (30/8). Artinya, peningkatan ekspor Indonesia merupakan salah satu dari solusi menutup defisit neraca transaksi berjalan tahun ini. Seperti diketahui, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah impor masih lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor.

Ekspor Juli tercatat di angka US$16,24 miliar dan impornya di angka US$18,27 miliar. Walhasil, defisit neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2018 melebar menjadi US$2,03 miliar dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sempat surplus US$1,74 miliar. Lebih lanjut Mirza menjelaskan, persoalan defisit neraca transaksi berjalan juga bisa diselesaikan dengan peningkatan sektor pariwisata di dalam negeri.

Sebab, sektor itu masih menjadi tiga besar penyumbang devisa untuk Indonesia setelah minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan batu bara. “Rasanya pariwisata lebih mudah dibandingkan ekspor manuafaktur. Tapi bukan berarti itu (ekspor manufaktur) tidak dilakukan,” tutur dia. Menteri Pariwisata Arief Yahya menargetkan devisa sektor pariwisata tahun ini bisa menyumbang sebesar US$17 miliar dan tahun depan menyentuh US$20 miliar. Angka itu terus meningkat dibandingkan dengan tahun lalu yang sebesar US$14 miliar. “Kenapa harus pariwisata, kalau tambang harus eksplorasi dulu baru eksploitasi.

Pariwisata tinggal promosikan,” terang dia. Terkait hal ini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan bilang implementasi kebijakan pencampuran biodiesel sebesar 20 persen dari Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar (B-20) nonsubsidi (Public Service Obligation/PSO) juga dapat membantu menyelesaikan masalah defisit neraca transaksi berjalan. “Saya pikir kalau semua itu berjalan baik, defisit neraca transaksi berjalan bisa nol pada 2020,” pungkasnya.

 

 

 

 

Sumber Berita : cnnindonesia.com
Sumber foto : Liputan6.com

 

 

[social_warfare buttons = “Facebook, Pinterest, LinkedIn, Twitter, Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *